Sudah lama saya tidak naik elf angkutan umum jurusan Stasiun Bekasi - Cikarang, sejak punya kendaraan, saya lebih nyaman pakai kendaraan sendiri, apalagi setelah angkutan berbasis aplikasi seperti Gojek dan Grab Car muncul saya berpindah memakai angkutan berbasis aplikasi, ketimbang angkot atau elf. Kenapa saya lebih memilih angkutan berbasis aplikasi? Murah, cepat, nyaman dan ramah.
Tadi malam sehabis mengikuti acara TDA Property saya terpaksa naik elf karena tiba-tiba HP saya error untuk pesan Gojek, nah mulailah saya merasakan kembali pelayanan menyebalkan angkutan umum, Dari Stasiun Bekasi ke Bulak Kapal yg jaraknya kurang dari 4 km, harusnya ditempuh tidak lebih dari 10 menit, molor menjadi satu jam, padahal kondisi jalan lengang dan tidak macet.
Loh kok bisa? Ya bisa karena setiap tempat menunggu penumpang alias ngetem lama sekali, di stasiun ngetem hampir 10 menit, Pasar Lama 20 menit, Pasar Baru ngetem lagi lebih dari dua puluh menit.
Jengkel rasanya melihat keadaan ini, di mobil elf ada 4 orang penumpang yg sudah tua, mungkin orang-orang ini tidak paham angkutan aplikasi, padahal kalau paham, mereka akan seperti saya kapok naik elf kecuali terpaksa, biasanya saya naik gojek dari stasiun ke Perumnas 3 hanya Rp 7.000, nah dengan naik elf dan ojek pangkalan saya harus membayar Rp.14.000.
Salah satu pembicara KofdarTDA Property Bekasi tadi malam bilang, kedepan kawasan property yang menjanjikan adalah yang dekat dengan angkutan masal, seperti Comuter Line, LRT, MRT, Trans Jakarta atau kawasan yang bisa dijangkau angkutan aplikas Grab/Gojek tidak lebih dari 12 KM. Untuk Property yang terjangkau hanya oleh Metro Mini/Angkot, kurang menjanjikan, karena angkot/metro mini masa depannya akan semakin di tinggal orang.
Sepuluh tahun lalu saat angkutan massal belum nyaman dan angkutan aplikasi belum ada, pengemban dalam menjual propertinya selalu mencantumkan angkot yg melalui kawasannya dalam brosur.
Pembicara Kodar TDA Propert dan Pengurus TDA Bekasi |
Kini angkot sudah tidak lagi dijadikan daya tawar dalam mempromosikan property, bentuk promo property saat ini, mengandalkan iklan deket dengan angkutan massal yang nyaman, Adhi Karya adalah pengemban yg rajin mengiklankan apartement di Bekasi Timur dengan iming-iming tidak lebih dari lima menit ke stasiun LRT dan laku keras.
Angkot memang identik dengan pelayanan payah, kurang nyaman, tidak efesien dan tidak tepat waktu, wajar makin tidak diminati masyarakat, ditengah kebutuhan masyarakat yang cepat, efesien dan nyaman, angkot paling lelet dalam mengantisipasi keadaan, tetap tidak berubah dari tahun ketahun.
Buat mereka yang butuh ketepatan, kenyamanan dan juga produktivitas kerja tidak habis di jalan, beli rumah tinggal di kawasan seperti apartemen yg deket dengan angkutan massal memang sangat tepat. Sayangnya tinggal di apartemen tidak bebas, bagi yang hoby memelihara binatang, ya tidak boleh, kecuali anda memelihara yang muda kedua, ketiga atau ke empat, sangat bisa ha..ha..ha....
Tapi bagi yang tidak suka dengan apartemen, kawasan seputar angkutan massal juga ok, yang penting ada angkutan pengumpan yang cepat dan nyaman bisa freder atau angkutan aplikasi seperti gojek.
Peserta Kofdar TDA Property Bekasi |
Masuk akal analisa pembicara Property TDA tadi malam, bahwa ada relevansi kuat antara property dan transpotasi massal, pergerakan manusia secara cepat, masif dan terstruktur menjadikan angkutan massal sebagai salah satu faktor utama membangun kawasan property, begitu juga suatu saat, jika ada rejeki untuk investasi saya akan memperhatikan faktor angkutan massal untuk mendapatkan retunt tinggi.
Berita baiknya saya sudah membeli rumah di kawasan Perumnas III Kota Bekasi, saat ini sedang di bangun Satsiun Kereta baru, dan stasiun akhir LRT Bekasi, jaraknya dari rmah saya tidak lebih dari 4 km, bisa jadi kawasan Perumnas III harga properti naik tinngi karena tidak jauh dari angkutan massal.
Ah bisa juga nulis tentang property, padahal baru belajar satu kali di TDA, kalau bener2 ditekunin bisa pindah dari bandar bandeng rorod ke broker property wkkkk
Tidak ada komentar:
Posting Komentar