Arsip Blog

Minggu, 25 Juni 2017

Bang Imad


Salah satu tokoh Intelektual Muslim yang menjadi idola kaum muda muslim pada masa lalu adalah M. Imadudin Abdul Rahim biasa dipanggil Bang Imad. Bang Imad di kenal sebagai salah satu tokoh pendiri Masjid Salman ITB, penggagas ICMI dan Bank Muamalat.

Imaduddin Abdulrahim merupakan tokoh dakwah di Indonesia yang terkenal lantang menyuarakan nilai-nilai kebaikan tanpa rasa takut. Dr. Ahmad Tontonji menegaskan, sosok yang akrab dipanggil Bang Imad ini adalah “The Lion of Indonesia”. Mungkin istilah ini disandarkan kepadanya, mengingat sosok sahabat Nabi Saw. Umar bin Khattab yang bergelar Singa Padang Pasir. Sosok yang kuat, tegas, dan lurus dalam pandangan dan perbuatannya.

Implikasi Tauhid ini dalam pribadi Bang Imad tertuang dalam gagasan-gagasannya di setiap tempat ia beraktivitas. Salah satunya adalah keberanian Bang Imad dalam menentang rezim Orde Baru yang korup dan otoriter.

Militarisme Orde Baru, menurut Bang Imad, bertentangan dengan Islam. Akibat sikap kritisnya dengan Orde Baru, bang Imad sempat mendekam dipenjara pada tahun 1979

Seiring sikap pemerintah Orba yang mulai ramah terhadap Islam, dengan merestui pendirian ICMI yang digagas Bang Imad dkk, dengan mendudukan Habibie sebagai Ketua, banyak umat yang kecewa pada Bang Imad, kata kaum muda Bang Imad sudah berubah dan tunduk pada rezim Orde Baru.

Dalam salah satu sesi tanya jawab di masjid Al Arif toko buku Walisongo yang pernah saya hadiri, dengan nada marah seorang pemuda muslim bilang "Saya kecewa sama Bang Imad, Abang sudah berubah, sudah tunduk pada rezim Orde Baru".

Apa jawaban Bang Imad, dengan nyantai dia bilang, kita sebagai mahluk sunnnatullohnya suka tidak suka kita akan berubah, yang tidak berubah adalah Tuhan.

Ketika UBN dkk dengan GNPF MUI bersilaturahmi ke presideng di hari Idul Fitri, banyak yang kaget, kecewa dan nyinyir, namun lebih banyak yang menyambut positif sebagai bagian silaturahmi di hari fitri.

Yang kecewa menganggap UBN dkk sudah melemah dan menyerah -sama dengan pandangan kaum muda pada Bang Imad - mereka yang nyinyir bilang cuma segitu kekuataan UBN mudah sekali di tundukan, nah yang kaget adalah kelompok belah sono, selama ini Presiden diharapkan jangan mengakui eksistensi UBN dkk, karena hanya sekelompok kecil kaum radikal, faktanya mereka diterima dengan kesetaraan pada kelompok Islam lain seperti MUI, Muhammadiyah dan NU.

Fakta apa yang kita dapat dari keberanian Bang Imad berubah sikap dengan "berkompromi dengan rezim orde baru"?. Yang pasti komunikasi lancar, kecurigaan menipis, keinginan kelompok Islam diakomodir pemerintah.

Jadi saya sih positif thingking saja dengan UBN dkk, pertemuan mereka dengan Presiden, menurut saya bagian dari strategi perjuangan ummat, tidak ada istilah menang-kalah, harus ada win-win solution

Mudah2-an komunikasi lanjutan Presiden dengan Ummat Islam kian lancar, kompromi terjadi, rekonsiliasi terbangun dan Jokowi terbuka mata hatinya ada kelompok Islam diluar NU dan Muhammadiyah yang suara hatinya harus di dengar.

Lah segelintir orang yang mengaku penggiat sosmed saja di terima presiden, sebuah gerakan yang mampu menghadirkan jutaan ummat di Jakarta menentang penista Quran diabaikan? Mikir !!!


Selasa, 20 Juni 2017

Pulang


Setiap kita pasti ingin pulang, setelah seharian lelah bekerja mencari nafkah maka pulang ke rumah adalah sebuah keharusan, untuk istirahat melepas penat, bercengkrama dengan keluarga dan menemui anak, istri/suami tercinta.

Pulang adalah fitrah, semua mahluk pada akhirnya kembali pulang, setelah berpetualang jauh maka pulang kerumah adalah sebuah kenikmatan yang tidak dapat dibayar oleh apapun, tepatlah makna sebuah pepatah setinggi2nya burung bangau terbang tinggi pada akhirnya akan kembali pulang.

Maka ketika Idul Fitri tiba, ritual pulang adalah sebuah pemandangan paling mengharukan, berjuta orang pada hari yang nyaris bersamaan, dengan berbagai mode tranpotasi mobil, motor, kereta, pesawat, kapal laut berupaya pulang ke kampung halaman.

Gerangan apa yang mendorong mereka pulang mudik? padahal butuh tenaga, biaya dan pengorbanan, merajut silaturahmi bersama orang tua dan keluarga di kampung halaman tercinta adalah motivasi utama mereka, momentum Idul Fitri adalah silaturahmi paling indah yang tidak bisa tergantikan di hari lain.

Buat kaum urban silaturahmi adalah terapi psikoligis paling ampuh guna mengurangi beban hidup yang berat, mereka tinggal di perkotaan yang keras, penuh persaingan, egois dengan nilai individualistis tinggi, pada akhirnya beban itu berkurang bahkan lenyap manakala bertemu dengan family dan sahabat dikampung halaman.

Konon hanya di negeri ini ritual mudik terjadi, tidak peduli rakyat jelata, pengusaha dan pejabat berbondong2 ikut mudik, bukan mereka norak, bukan diantara mereka tidak punya ongkos pulang untuk mudik setiap saat, tapi mereka ingin tetap mudik pada momentum tepat di hari kemenangan, hari dimana kita semua dalam kondisi suci, setelah berperang melawan hawa nafsu, hari dimana semua sanak famili pulang berkumpul di kampung halaman merajut kembali silaturahmi dan saling bermaaf2an.

Jangan kau anggap mereka yang pulang, melakukan pemborosan, pamer keberhasilan dan melakukan bidah agama, mereka kembali untuk meneguhkan jati diri bahwa kampung halaman adalah tempat paling nyaman untuk melepas penat, membangun kekuatan baru dan merayakan keberhasilan capaian hidup serta paling penting berbagi rezeki pada kampung halaman.

Berbahagialah anda yang masih punya orang tua sanak family di kampung halaman, anda masih punya ikatan batin untuk senantiasa mengulang rirual mudik, karena ritual ini mampu membangkitkan nilai spiritual, nilai persaudaraan dan nilai berbagi, alangkah terharunya saya membaca kisah para pemudik dengan pernak perniknya dijalan, seumur hidup saya hanya mudik seputaran bekasi karena saya lahir tumbung dan berkembang di bekasi.
Dan Pulang yang paling hakiki adalah ketika kita dipanggil menghadap ilahi, inna lillahi wa inna ilaihi rojiun, semua mahluk akan mati, seperti layaknya pulang mudik, sudahkah kita punya bekal pulang ke alam keabadian? Sebaik-baiknya bekal pulang ke rahmatulloh adalah taqwa, bekal itu harus senantiasa kita siapkan karena untuk kembali pulang ke alam abadi, tidak ada waktu yang pasti.
Puasa adalah kewajiban kita menuju taqwa, setelah sebulan penuh di tempa menahan lapar, haus, dahaga dan hawa nafsu, setelah kita menunaikan kewajiban zakat, setelah kita menjalankan semuah sunnah yang dianjutkan selama ramadhan tarawih, tilawah quran, shodaqoh. Tibalah kira di hari fitri, hari suci, hari kemenangan, maka kita pulang mudik menunaikan kewajiban menjalin silaturahmi.

Selamat pulang kampung,
selamat mudik lebaran,
selamat idul fitri,
mohon maaf lahir batin.

Jangan lupa pulang kampung
Bawa oleh oleh khas bekasi
Bandeng rorod ehhh iklan

20 Juni 2017 ðŸ˜‚


Kamis, 15 Juni 2017

SMK Mandiri


Tulisan ini terinspirasi dari buku Buya Hamka Ayahku, ya..kalau Buya menulis dalam buku tebal, Aku cukup di dinding fb ku, aku ingin bercerita tentang orang tuaku, bukan untuk takabur tapi untuk jadi pengingat aku pribadi.

Orang tuaku di beri amanah oleh Kakek untuk membangun sebuah Madrasah di lahan bekas empang, karena Madrasah lama telah berubah wujud jadi sekolah negeri.

Sebagai PNS dengan kemampuan finansial terbatas rasanya sulit mewujudkan keinginan itu, biaya yang dibutuhkan untuk mengurug empang sampai membangun bisa mencapai milyaran rupiah, tapi Bapak menjalankan amanah itu dengan sabar dan istiqomah.

Selama lebih dari tiga puluh tahun Bapak-ku mengemban amanah itu dengan sungguh-sungguh, berbagai cara mencari dana guna mewujudkan amanah Kakek dilakukan, mulai dari kirim proposal ke berbagai pihak, mendatangi dermawan, sampai menjadi calo tanah. Seumur2 Bapak-ku tidak pernah mengeluh menjalankan amanah Kakek, semua dijalani dengan ikhlas dan kesadaran penuh bahwa amanah orang tua itu sesungguhnya amanah ummat juga.

Berlahan namun pasti bangunan itu berwujud, mulailah dibuka Lembaga Pendidikan Islam, dimulai dari Rhadatul Atfhal/TK Baitul Muttaqin, kemudian Madrasah Ibtidaiyah Baitul Muttaqin hinggal MDA Baitul Muttaqin.

Sampai memasuki pensiun dari PNS Bapak-ku tetap memikirkan madrasah itu, hingga suatu ketika Bapak, mengajak aku diskusi tentang Madrasah, dia memikirkan masa depan pembangunan gedung, karena hingga pensiun masih tiga lokal lagi belum selesai

Usia yg sudah memasuki sepuh, akses yg mulai terbatas karena tidak punya jabatan lagi, mengakibatkan aliran donasi terhenti sama sekali, sementara disisi lain pendapatan Madrasah hanya cukup untuk operasional, itupun terkandang nombok, hingga tiga tahun sejak Bapak pensiun pembangunan Madrasah terhenti.

Singkat cerita tahun 2002 Sekolah Menengah Kejuruan dengan nama SMK Mandiri didirikan, agar fokus dan all out mengelola lembaga pendidikan, bisnis percetakan yang aku geluti selama 10 tahun ditutup, semua daya dan upaya aku lakukan untuk membesarkan bayi baru bernama SMK Mandiri.


Akhirnya SMK Mandiri sukses berdiri, angkatan pertama muridnya 360 orang, angkatan kedua dan ketiga nyaris sama, dengan jumlah murid yg cukup besar itu pembangunan gedung madrasah dapat dituntaskan, lebih dari 30 tahun Bapak-ku membangun Madrasah dan aku Alhamdulillah bisa jadi bagian dari menuntaskan mimpi Bapak mewujudkan amanah Kakek.

Cukup sampai disinikah mimpi Bapak-ku? Ternyata tidak, setelah pembangunan tuntas dia memimpikan hal baru, bisa membebaskan lahan sekitar madrasah untuk dibangun gedung baru, karena kehadiran SMK membawa masalah baru, yaitu kurangnya ruang belajar.

Di usia yg sepuh dan kesabaran yg kurang, dia meminta aku dan adik2ku untuk menjalankah amanah baru beliau, sungguh berat mengemban amanah Bapak, mungkin sama beratnya sewaktu bapak menjalankan amanah Kakek, lahan di atas madrasah itu harganya sudah selangit, belum lagi membangun gedung serta perangkat pembelajaran, butuh dana milyaran, namun dengan mengucap Bismillah amanah Bapak harus dijalankan.Hingga menjelang Bapak wafat, amanah itu sudah diwujudkan aku dan adik2ku, bisa pembebasan lahan, dilakukan mencicil lewat bank, gedung baru mulai diwujudkan dan madrasah yang beliau impikan sudah mampu mendidik siswa mencapai ribuan.

Satu hal yang selalu ku ingat tentang Bapak'ku adalah kesederhanaan hidup dan jiwa sosialnya yang sangat kuat, sebagai PNS Bapak-ku punya jabatan strategis, dengan jabatan itu sebetulnya dia mampu hidup lebih dari sederhana, dia bisa mendapatkan sesuatu dari jabatannya, tapi bapakku terlalu jujur, saking jujurnya sampai usia pensiun dia tidak mampu membeli satu kendaraan pun.

Membangun gedung seharga milyaran dia mampu, membeli kendaraan yg hanya ratusan juta dia tidak mampu. Buat Bapakku kendaraan itu tidak penting, tapi mengurus umat melalui madrasah itu yang paling penting.

Jiwa sosial Bapak-ku sangat tinggi, dia akan segera membantu siapapun yang butuh pertolongan dengan sigap, tak peduli berapa uang yg dikeluarkannya, ketika SMK berjalan uang yayasan mencapai ratusan juta, sedikitpun dia tidak melirik uang itu, tidak pernah meminta bagian, padahal sebagai perintis dan pendiri dia bisa mengambil uang kapan saja dan besarnya pun tidak dibatasi, tapi dia tetap fokus memanfaatkan uang Madrasah untuk kepentingan umat.

Setelah sepuluh tahun bergelut di Madrasah dan fondasi lembaga sudah cukup kuat, aku off dari mengelola madrasah, memulai bisnis baru dibidang kuliner Bandeng Rorod, tugasku berganti peran dari Ketua Yayasan menjadi Pembina Yayasan, namun ada satu hal yang aku rasakan ketika mengelola Madrasah dan bisnis, ternyata percepatan di Madrasah lebih tinggi ketimbang di bisnis pribadi.

Hal ini mungkin karena mengelola Madrasah di iringi doa umat sehingga keberkahan lebih cepat di dapat ketimbang usaha pribadi dimana doa2 hanya dilakukan oleh saya seorang.

Pesan moral yang aku dapat dari Bapak-ku adalah konsistensi dan istiqomah dalam mewujudkan impian, pantang menyerah dan fokus, satu lagi ketika kamu menolong agama Allah maka rezeki tidak di duga bermunculan. Dan ini aku rasakan betapa keberkahan hidup senantiasa menaungi Bapak dan Keluarga-ku.

Jika anda ingin mencari lembaga pendidikan terbaik sekolah kejuruan, silahkan daftar putra-putri anda ke SMK rintisan Bapak-ku, SMK Mandiri, sebuah lembaga pendidikan yang dimodali dengan keikhlasan.

ini alamat linknya
http://www.smk-mandiri.sch.id/berita-smk-mandiri-58.html

Senin, 05 Juni 2017

Hikmah dari Afi


Afi menjadi heboh karena ada tuduhan plagiat, apa sih itu plagiat, kamus besar bahasa indonesia mengatakan plagiat itu artinya pengambilan karangan (pendapat dan sebagainya) orang lain dan menjadikannya seolah-olah karangan (pendapat dan sebagainya) sendiri, misalnya menerbitkan karya tulis orang lain atas nama dirinya sendiri.

Dalam dunia bisnis sering di kenal istilah ATM (Amati Tiru Modifikasi), dalam bisnis meniru itu hal biasa, banyak orang yg mendapat ide bisnis dari mengamati bisnis orang lain, lalu meniru dan memodifikasi, itu hal yang lumrah.

Di dunia tulis menulis juga ada istilah terinspirasi, bukan berarti menjiplak, terinspirasi bisa bermakna meniru gaya tulisan orang atau terinpirasi membuat tulisan baru setelah membaca tulisan orang, diantara sekian buku yang saya baca, tulisan Kang Jalal (Jalaludin Rachmat), yang paling mempengaruhi gaya tulisan saya.

Mengapa? Jalal itu kalau menulis enak dibaca, mudah di pahami, bisa membuat persoalan rumit jadi mudah. Namun ingat saya bukan pengikut Jalal yg Syiah, meski bukunya sering saya baca, gaya penulisan saya tiru, namun saya tidak pernah setuju dengan konsep ajaran Syiah, tulisan Jalal pun saya kritisi bukan membeo.

Mentor bisnis saya Mr. Ato Sunarto pernah bilang di samping ATM ada juga orang mulai bisnis dengan gaya ATPP (Amati Tiru Plok Pisan), jiplak habis bisnis orang, misalnya anda beli produk bandeng rorod (he..he...he.. promo), terus anda amati prospektif untuk dikembangkan, lalu anda jiplak habis produk saya, mulai dari logo, disain, kemasan bahkan mungkin sampai karyawan.

Nah yang seperti ini namanya melanggar merk orang, kalau merk itu sudah terdaftar di Dirjen Hak Kekayaan Intelektual seperti Merk Bandeng Rorod siap2 dituntut secara hukum, karena memurut UU Merk mereka yg dengan sengaja meniru merk orang lain bisa didenda maximal 1 milyar dan penjara maximal 4 tahun.

Dalam dunia akademisi perbuatan plagiat itu sangat tercela, mereka yang ketahuan melakukan plagiat bisa kena sangsi berat, yang dikecam dari plagiat adala ketidak jujuran, seorang akademisi sehebat apapun kalau tidak jujur maka akan kena sangsi moral sebagai akademisi tidak bermutu.

Lalu bagaimana dengan dunia sosmed? sekarang ini dengan mudah kita melakukan copy paste tulisan orang, biasanya sih kita minta ijin dulu sama yg punya tulisan - tapi kebanyakan tidak ijin - copy langsun paste blas, nah yang copy paste tanpa ijin, tanpa nyebutin sumbernya, ini bisa disebut plagiat kecil, kalau Afi dibilang plagiat anda juga dong?

Saya agak males melakukan copas, kalaupun pernah melakukan sangat jarang, kecuali link berita, saya sih lebih hobi menulis sendiri segala ide dan gagasan yang ada di kepala menjadi sebuah karangan utuh, seperti tulisan ini, kenapa? Menulis itu proses kreatif dalam menuangkan pemikiran dan gagasan, dalam proses menulis ada upaya mencari literatur, rujukan dan wawasan sehingga memaksa kita untuk membaca, menulis juga menandakan kapasitas intelektual anda memang mumpuni.

Kata pepatah bijak buku jendela ilmu membaca adalah kuncinya, menulis itu adalah buah dari banyak membaca, jadi ketimbang nyinyirin Afi, ketimbang jadi tukang copy paste, tidak kah anda sebaiknya sering membaca dan menulis karya sendiri? Kutunggu karyamu.
5 Juni 2017


Jumat, 02 Juni 2017

Persekusi


Tetiba muncul istilah baru persekusi, saya mencoba mencari tahu makna persekusi, ternyata maknanya menurut kamus besar bahasa indonesia persekusi adalah pemburuan sewenang-wenang terhadap seorang atau sejumlah warga dan disakiti, dipersusah, atau ditumpas.

Kenapa bisa terjadi persekusi? Bisa jadi salah satu sebabnya karena hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap aparat, akibat perlakuan aparat yg dirasakan bertindak tidak adil.

Persekusi yang terjadi adalah tindakan mendatangi pengunggah ujaran kebencian dan hinaan terhada tokoh di media sosial oleh orang tertentu, dimana hinaan itu dirasakan sangat menyakitkan para pengagumnya, namun terjadi pembiaraan aparat, sehingga mereka main hakim sendiri dengan mendatangi sang pengunggah, terjadilah kekerasan verbal, psikis dan fisik.

Asbabun nuzulnya adalah rentetan perilaku penista quran, aparat begitu cepat tanggap dalam merespon laporan masyarakat apabila menyangkut para penentang penista quran, tindakan keras dilakukan mulai dari menghalangi aksi damai, merespon dengan keras aksi damai apabila melewati jam yg ditentukan, menangkap pengibar bendera merah putih bertulisan aran dan penangkapan pimpinan aksi dengan tuduhan makar, sampai ujaran kebencian terhadap pimpinan dan ummat yg melakukan aksi damai. Sementara disisi lain segala jenis laporan dari pihak penentang penista diabaikan, bahkan cenderung dibiarkan.

Framing media utama juga merupakan teror tersendiri bagi penentang penista quran, mereka seakan kompak dengan cara halus maupun kasar memframing berita perilaku aksi damai bela islam dan para pendukungnya dengan memberi label sebagai intoleran, anti kebinekaan sampai radikal.

Koloborasi aparat dan media yang tidak adil mengakibatkan timbul benih perasaan tidak adil, nah perasaan tidak adil karena pembiayaran pada akhirnya membuat masyarakat mencari jalan sendiri persekusi salah satunya.

Jadi akar dari semua masalah mulai dari radikalisme sampai tindakan teror adalah ketidak adilan, jadi untuk membenahi benang kusut permasalahan negeri ini sejak penista quran muncul tegakkan keadilan, bukan keadilan formslistik yang terangkum dalam kitab hukum, keadilan yang hakiki yang dirasa di dalam sanubari semua orang.