Arsip Blog

Jumat, 29 Juni 2018

Lembaga Survei Produsen Hoax?


Jawa Barat memang unik, semua lembaga survei pra pilkada menempatkan posisi pasangan Asyik di Pilkada Jabar, selalu sebagai pemenang ketiga, dibawah pasangan Rindu dan Dedy-Dedi, dengan perolehan suara rata-rata dibawah 10 persen.

1. Indo Barometer
Survei 7-13 Juni 2018, Ridwan-Uu di posisi teratas dengan elektabilitas 36,9 persen.Deddy-Dedi 30,1 persen. Sudrajat-Ahmad Syaikhu 6,1 persen dan TB Hasanddin-Anton Charliyan 5 persen. Swing voters 20,8 persen.

2. Saiful Mujani Research and
Consulting (SMRC)
Survei dilakukan pada 22 Mei 1 Juni 2018. Ridwan-Uu 43,1 persen. Mengutit di belakangnya yakni Deddy-Dedi 34,1 persen.
Sudrajat-Syaikhu 7,9 persen dan Tb Hasanuddin-Anton Charliyan 6,5 persen.

3. LSI Denny JA
Survei dilakukan pada 7-14 Juni 2018. Ridwan- elektabilitas 38,0 persen. Deddy-Dedi36,6 persen. Sudrajat-Ahmad Syaikhu 8,2 persen dan Tb Hasanuddin-Anton Charliyan sebesar 7,7 persen.

4. Poltracking Indonesia
Survei dilakukan pada 18-22 Juni 2018. Ridwan Kamil dan Uu Ruzhanul Ulum memimpin 42 persen Deddy-Dedi dengan 35,8 Sudrajat-Ahmad Syaikhu 10,7 persen, dan Tb Hasanuddin-Anton Charliyan 5,5 persen.

5. Instrat
Melakukan survei pada 18 Juni hingga 21 Juni 2018. Hasilnya berbeda dengan empat survei lainnya. Dari hasil Instrat, Deddy-Dedi sukses ungguli Ridwan-Uu
Deddy-Dedi memperoleh elektabilitas 38,17 persen. Disusul pesaing terdekatnya yakni Ridwan-Uu dengan 33,92 persen

Di posisi ketiga ditempati oleh Tb Hasanuddin-Anton Charliyan dengan 8,67 persen. Sementara posisi buncit Sudrajat-Ahmad Syaikhu dengan 8,5 persen.

Faktanya pasangan Asyik melalui perhitungan quick count menempati posisi kedua dengan perolehan rata-rata 29-30 persen, selisih 2-4 persen dari Rindu sang juara, hasil Quick count menjungkirbalikan semua hasil survei pra pilkada lembaga survei.

Menjadi pertanyaan kok semua lembaga survei utama yang konon kabarnya memperoleh data dan analisa dengan cara ilmiah salah semua meramal pasanganan Asyik? itu analisa ilmiah atau hoax?
Margin error lembaga survei biasanya hanya 2-3 persen, kalaulah di toleransi terburuk margin error 10 persen.

Faktanya hasil Quick Count pasangan asyik mencapai 30 persen, survei mereka pasangan asyik hanya dibawah 10 persen, selisih sampai 20 persen, ini marginnya yang error atau lembaga surveinya yang error?

Ada yang bilang, kan ada swing Voters, bisa jadi swing voters itu memilih pasangan asyik, ya betul, indobarometer menyatakan swing voters itu sekitar 20,8 persen, tapi mungkinkah swing voters itu semuanya hampir 100 persen pilih asyik? ini sangat tidak ilmiah dan tidak logis.

Pelajaran penting

Jangan terlalu percaya pada lembaga survei sebagai kebenaran mutlak, sekalipun Denny JA membual mengaku sebagai lembaga yg paling kredibel pemegang rekor Muri, faktanya lembaga survei di pilkada Jabar semuanya tidak kredibel.

Seorang pengamat bilang mereka banyak yang menjadi konsultan politik calon, makanya hasil survei menjadi ngaco, bagaimana mungkin mereka mengaku wasit, saat bersamaan bertindak sebagai pemain memenangkan calon tertentu?

Bisa jadi ada data dan fakta disembunyikan untuk memenangkan calon tertentu.
Mereka pada akhirnya tidak lebih dari lembaga produsen Hoax, untuk memenangkan calon yang membayarnya, mempublis data dan membangun opini menyesatkan dibungkus seolah-olah ilmiah, tidak jauh beda dengan hoax yang dibangun masyarakat awam di medsos.

Ajaibnya tidak ada media atau para akademisi yang mengritisi ini, mereka sudah pada sariawan, tidak ada juga lembaga survei yang menjelaskan secara terbuka fenomena ini, harusnya mereka menjelaskan, jika ada kekeliruan meminta maaf.

Jadi kalau survei pra pilkada semuanya ngawur, bisa jadi quick count banyak yang salah, lalu yang benar yang mana? Real Count KPU lah yang benar.

Kamis, 28 Juni 2018

Dulu Haram - Sekarang Halal



Add caption
Pertama Lucu, disaat kita sudah tidak asing lagi perempuan mengemudi motor dan mobil disana perempuan seperti terjajah begitu lama hanya sekedar membawa mobil saja di haramkan.

Secara berkelakar disini ada anekdot hati2 kalau ada dibelakang motor yang dikemudikan perempuan sen kekiri dia belok kekanan hahaha, disana baru di bolehkan, kita tunggu anekdot perempuan arab naik mobil.

Kedua Miris, kolot bangat sih sebuah negara, timbang mengemudi saja perempuan tidak boleh.
Lalu kenapa sih ada larangan mengemudi bagi perempuan, alasan syari yg jadi rujukan, seperti tertulis dari berita ini

Kok bisa dulu haram sekarang halal? Nah ini yang menarik. Silahkan ambil kesimpulan sendiri dah
Namun menurut berita, Pencabutan larangan mengemudi bagi perempuan merupakan bagian dari program Putra Mahkota Pangeran Mohammed bin Salman untuk memodernisasi beragam aspek dalam masyarakat Saudi.

Langkah lainnya dalam program itu, antara lain membuka bioskop dan mengizinkan perempuan menonton pertandingan sepak bola di dalam stadion wih mantap.

Uniknya menurut BBC, masih ada sejumlah hal-hal yang tidak boleh dilakukan perempuan Saudi, semisal membuka rekening bank sendiri.

Baru tahu juga perempuan Saudi dilarang membuka rekening sendiri, unik juga aturannya

Menjadi pertanyaan apakah fatwa pelarang perempuan mengemudi di Saudi sudah di cabut atau di ubah seiring kemajuaan zaman? apakah sekarang perempuan saudi mengemudi tidak melanggar syari? Atau mungkin sekarang perempuan mengemudi di saudi sudah sesuai syari?

Nah kalau sudah sesuai syari berarti, syariat bisa dirubah sesuai keadaan zaman. betul nggak?

Selasa, 26 Juni 2018

Hijrah


Apa sih arti Hijrah? menurut Wikipedia Hijrah ( bahasa Arab: ﻫِﺠْﺮَﺓ ) adalah perpindahan/migrasi dmNabi Muhammad dan pengikutnya dari Mekkah ke Madinah pada bulan Juni tahun 622.

Kenapa Nabi Hijrah? SEBAB-SEBAB HIJRAH. Rasulullah saw. sangat sedih ketika menyaksikan kehidupan umat Islam di Mekah yang penuh dengan ancaman dan teror dari orang-orang kafir.

Dalam situasi yang sangat sulit dan mencekam tersebut Allah Swt memerintahkan Nabi
Muhammad saw. dan kaum muslimin untuk berhijrah ke Madinah.

Jadi inti Hijrah adalah Berpindah dari satu tempat yang kurang baik, menuju ke tempat yang lebih baik.
Akhir-Akhir ini kata hijrah dikaitkan dengan fenomena publik figur yang berubah haluan, banyak artis Hijrah.

Hijrah yang dimaksudkan yaitu mulai kembali kepada kehidupan beragama, berusaha mematuhi perintah Allah, menjauhi larangan-Nya dan berusaha menjadi lebih baik, karena sebelumnya tidak terlalu peduli atau sangat tidak peduli dengan aturan agama.

Bersyukur kita melihat fenomena itu, maka kita melihat mereka berubah penampilan dari memgumbar aurat menjadi berjilbab dan berpakain syari, untuk yang cowok berjenggot. dan memakai baju islami dan celana cingkrang.

Walaupun saya meyakini hijrah itu tidak mesti berjenggot dan baju gamis celana cingkrang (menurut saya salah kaprah, hijrah dikaitkan dengan jenggot dan celana cingkrang, kalau perintah wajib berjilbab saya meyakini ada, perintah wajib bercadar tidak ada) tapi ya kita syukurin saja

Fenomena hijrah itu sebetulnya tidak hanya terjadi di kalangan publik figur, dikalangan masyarakat biasa pun banyak, namun karena bukan publik figur tidak terekpos media.
Lalu apa yang dilakukan setelah Hijrah? memperbaiki diri terus menerus dan memperbanyak ilmu keislaman, sehingga wawasan dan pengetahuan agama menjadi lebih mendalam.

Jangan sampai ketika baru berhijrah, ilmu masih dangkal dan awam tiba-tiba menjadi pendakwah, merasa sudah paling paham agama, paling sunnah maka rusaklah agama oleh orang yang baru paham agama tetiba memberi ceramah tentang agama.

Sikapi secara wajar orang berhijrah, rangkul dan ajak berjamaah, jangan diklaim mereka yang hijrah dikaitkan dengan golongan tertentu, apalagi dianggap kelompok paling mengamalkan sunnah

Banyak publik figure yang konsisten berhijrah seperti Hari Mukti, Neno Warisman ada juga yang mental seperti Caisar Putra Aditya, setelah hijrah kembali berjoget.

Ada lagi fenomena hijrah dikaitkan dengan anti riba, mereka yang menjauhi riba dengan tidak meminjam di bank di anggap sudah berhijrah, pegawai bank yang masih tetap cari nafkah di bank masih bergelimang dosa riba, wajib di dakwain agar hijrah dari bank, suruh cari kerjaan lain

ada lagi yang lebih ektrim, petugas pajak itu tukang palak tidak sesuai syari, mereka juga kudu hijrah, berat bro kudu berhenti dari kantornya gayus hahaha.

Nah yang begini memang harus didiskusikan secara mendalam apa iya makna hijrah seperti itu?
hijrah dalam makna merubah kehidupan dari kurang baik menjadi baik, sesungguhnya tugas semua insan, dalam bahasa kekinian adalah tugas kita semua memperbaiki kwalitas kehidupan dan keagamaan setiap saat, tidak bisa di klaim sebagai monopoli orang yang dianggap hijrah saja.

Bedanya mereka yang hijrah punya momentum memperbaiki diri pada waktu tertentu, lalu di ekpos, sementara yang bukan publik figure tidak terekspos, padahal sejatinya kita semua bisa setiap saat berhijrah tanpa perlu ekspos imfotaitment.

Minggu, 24 Juni 2018

Dakwah Dalam Sepotong Status

Zaman dahulu jika ingin belajar agama, kita rutin mengikuti talim mingguan atau bulanan, mendatangi guru di masjid/musolla atau majlis ilmu, menyimak dengan ta'zim setiap uraian kyai, ada interaksi dan ekpresi langsung antara murid - guru dan pastinya ada kitab yang dijadikan rujukan, setiap masalah bisa kita tanyakan langsung dengan penjelasan rinci dan jelas.

Jika ingin menjadi pendakwah profesional sekaligus paham ilmu agama lebih mendalam, ada sekolah formal khusus agama, mulai dari tingkat dasar Madrasah Ibtidaiyah, tsanawiyah, aliyah sampai perguruan tinggi agama, ada sekolah sistem pesantren dengan metode pembelajaran 24 jam dalam asrama, sehingga interaksi murid-guru-kyai terjaga setiap saat.

Pada sekolah formal ada kurikulum, metode, buku dan kitab rujukan sehingga pemahaman keagamaan bisa di terima utuh, berkesinambungan dan dapat menghasilkan lulusan yang bisa diandalkan menguasa ilmu agama mulai dari aqidah, syariah, fiqh, bahasa arab sampai sejarah.

Butuh waktu puluhan tahun untuk bisa paham agama lebih mendalam, jika dihitung belajar agama di sekolah formal mulai dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi diperlukan waktu sekitar 17 tahun, apalagi kalau mengejar pendidikan formal sampai S3 butuh lebih dari 20 tahun.

Era sekarang menuntut ilmu dan berdakwah banyak memanfaatkan media sosial, jika yang berdakwah ulama mumpuni sih ok, faktanya seseorang yang memahami secuil agama bisa berdakwah, tinggal menulis status, lalu dibaca publik, jika dianggap bagus langsung di share oleh ahli share, dengan menshare sudah dianggap menebarkan kebaikan, tak peduli share itu dibaca atau tidak, sing penting bagi status dan itu sudah dianggap berdakwah.

Paling menjengkelkan share tidak tepat waktu, lagi bahas sesuatu di grup WA mendadak muncul share tulisan yg tidak jelas sumbernya, cukup ditulis dari copas tetangga, ketika di coment itu status marah, sampai bilang anda tidak suka nasehat dan ajaran agama ya? Wkkk.

Nah karena sebagian nitizen males membaca, mereka tidak suka status kalimat panjang, padahal kalimat panjang diperlukan untuk lebih dalam memahami sebuah pesan, mereka senangnya kalimat pendek, meme bentuk gambar dengan secuil teks atau potongan video ustadz memberi fatwa paling lama dua menit, tidak lupa untuk memperkuat argumen ada dalil quran dan hadist.

Tidak peduli siapa pendakwah di medsos, latar belakang keilmuwannya, wawasan keislamannya, asal bisa nulis status agama menarik dan bisa nempatin dalil quran dan hadist yang pas, banyak yang suka, apalagi dilabelil dengan kata sunnah atau sesuai sunnah wah tulisan anda jaminan mutu dah, pasti di share atau copas banyak orang.

Di era sosmed banyak yang mendadak kyai, baru menguasai satu dua dalil sudah berani berfatwa di sosmed halal haram, sunnah-bidah, banyak juga yang mendadak religi, didunia maya menjadi sosok sangat soleh dan soleha sering-sering bikin status nasehat agama dan berbagi status keagamaan.

Jika pernyataan disanggah, maka copy paste dari pihak lain dijadikan argument, ketika sudah terpojok karena logikanya tidak nyambung, maka senjata terakhir muncul, jangan berdebat, tinggalkan berdebat itu tidak membawa manfaat.

Saya menyebutnya dakwah dalam sepotong status. Murid tidak perlu mendatangi guru, untuk belajar agama, baca status fb sambil leha-leha atau haha hihi nemu status agama yg menarik copas dan share.

Begitu juga para pendakwah sosmed, tidaklah penting siapa anda, toh para sosmed mania tidak peduli dengan latar belakang anda, cukup pakai nama kearab-araban seperti ummi fakir, ummi fattan, abu ammar, abu-abu lain, bikin status yang katanya sunnah pasti banyak penggemar.

Mungkin tanpa disadari ini merupakan gejala pendangkalan agama, banyak orang berguru pada pendakwah yang tidak jelas di dunia maya, miskin ilmu dan wawasan, sehingga nasehat agama yang dikeluarkan menjadi dangkal, terkadang bikin heboh cuma sekedar mengejar viral dan like.

Seorang ummi membuat status kegiatan bagi angpau di hari lebaran di bilangan membangun mental pengemis, tanpa melihat aspek sosilogis, sejarah, tradisi keagamaan pokoke itu dianggap tidak sesuai dengan ajaran rosul.

Aya-aya wae nih ummi, tradisi puluhan tahun kok di bilang pengemis, herannya tulisan itu viral dan disetujui banyak orang, manut bae dengan si ummi yang tidak jelas sosoknya, aneh bin ajaib pendakwah tidak jelas bisa menciptakan opini dahsyat.

Saya kira perlu dipikirkan organisasi formal keislaman seperti MUI, NU, Muhammadiyah, Persis, DDII dll untuk lebih memperhatikan dakwah di sosmed, agar sosmed tidak dikuasai oleh pendakwah yang tidak jelas latar belakangnya miskin wawasan dan keilmuwan.

Kamis, 21 Juni 2018

Macet


Macet itu hal biasa, jika kita tinggal dikawasan Jabodetabek macet menjadi santapan sehari-hari, ada banyak faktor penyebab macet yang paling utama tidak memadainya jumlah jalan dengan kendaraan. Setiap tahun kendaraan bertambah ratusan ribu, sementara jalan hanya belasan kilometer.

Macet di saat mudik juga biasa, kata orang yang sering mudik, tidak afdol mudik tanpa macet, bisa dimaklumi mudik macet, sangatlah berat mengelola manajemen lalulintas disaat jutaan orang dan kendaraan menuju titik mudik secara bersamaan, infrakstruktur sehebat apapun sangatlah sulit mengelola kendaraan yang mengalir beriringan ratusan kilometer.
Jadi jangan mimpi seolah kemacetan akan tuntas kalau tol Jakarta-Surabaya tuntas dan nyambung terus macet hilang.

Tahun ini para pemudik dimanjakan dengan memberi kesempatan seluas-luasnya dengan memberlakukan sistem satu arah, mereka nyaman dan lumayan lancar saat arus balik mudik, tapi di dalam kota terutama kawasan Bekasi dan pinggiran Jakarta kemacetan menjadi neraka, Jalan Inspeksi Kalimalang, Hasibuan dan kawasan seputar tol macet parah.

Lebih parah ada yang terjebak berjam-jam sampai ada yang itikap di jalan tol, hingga Dinas Perhubungan Bekasi mengeluh, tidak ada sosialisasi kebijakan satu arah mengakibatkan Bekasi lumpuh arus kendaraan stagnan. Pemudik nyaman, warga dalam kota tersiksa.

Solusi paling pas kata para pakar adalah memperbanyak angkutan umum yang murah, nyaman dan aman.

Comuter line contohnya sejak berubah sistem menjadi tepat waktu, murah, nyaman dan aman banyak yang beralih ke comuter line, saya termasuk di dalamnya, kalau ke Jakarta lebih asyik naik comuter line.

Parahnya angkutan massal ini bakalan terganggu dengan kehadiran kereta bandara, seperti neraka stasiun Bukit Duri, jalur kereta yang sudah sempit direcoki kereta bandara.

Inilah kebijakan yang harus di kritisi jalur baru di buat, sementara relnya dari zaman Belanda ya segitu-gitu saja, berebut dah antara CL kereta rakyat dengan Kereta Bandara milik investor, ujungnya bisa jadi kereta rakyat di kalahkan oleh kereta kapitalis berduit yang cuma mgejar keuntungan.

Kata-kata manis dilontarkan pejabat, kereta bandara tidak akan mengganggu CL, omong kosong bagaimana mungkin jalur sempit, terus nambah trip perjalanan tidak mengganggu? Orang bodoh juga paham.

Di bukit duri juga tidak ada solusi, konon kabarnya sang menteri perhubungan pernah bilang para roker boleh naik kereta bandara, ah lagi-lagi omong kosong mana mungkin kereta kapitalis bertarif tinggi di tumpangi rakyat jelata dengan tarif murah?

Jadi infrakstruktur angkutan massal harus di pikirkan, baik di dalam kota maupun keluar kota, bukan hanya tol yang lebih banyak di gunakan oleh kelas menengah pemilik kendaraan.

Kereta cepat Jakarta-Bandung dan Jakarta-Surabaya itu bagus, untuk memperbanyak pilihan angkutan massal mudik, tapi itu sepertinya masih mimpi, kereta cepat Jakarta-Bandung tidak ada kabarnya, mungkinkah nangkrak? Terus kereta cepat Jakarta-Surabaya hanya khayalan di siang bolong.

Kamis, 14 Juni 2018

Etika Copy Paste


Sudah lazim di zaman ini, para warganet sering copy paste tulisan orang untuk di share di wal pribadi entah tulisannya memang bagus, isinya mengenai di hati atau motif berdakwah.

Namun sebelum copy paste kita lakukan, pahami dulu tentang etika mengambil tulisan orang, apalagi tulisan itu untuk disebar di beranda FB agar anda tidak terkena masalah hukum.

Pertama harus anda pahami menulis itu sebuah karya kreatif yang tidak bisa dimiliki semua orang, membuat tulisan bagus adalah proses akumulasi dari belajar, pengalaman, membaca, kemampuan intelektual dan kreativitas yang panjang sehingga sebuah tulisan bisa disajikan, menjadi enak di baca, mudah di pahami dan paling penting yang wajib kita ketahui sebuah tulisan melekat hak kekayaan intelektual yang di lindungi hukum.

Maka anda tidak bisa mencopy paste secara serampangan tulisan orang tanpa menyebut nama dan sumbernya, misal saya membuat tulisan bagus, terus anda mengcopy paste di status FB anda tanpa menyertakan sumbernya dari saya, seakan itu karya anda atau menyamarkan sedemikian rupa sehingga pembaca salah persepepsi lalu meyakini tulisan itu karya anda, dalam dunia kepenulisan tindakan itu disebut plagiat atau penjiplak atau pencuri tulisan orang.

Sangsinya cukup berat, dalam dunia tulis menulis plagiat itu tindakan sangat tercela, bisa dikucilkan pelakunya, gelar akademik di cabut bahkan bisa dikategorikan tindakan kriminal yang ujungnya bisa masuk penjara, dalam UU ITE mereka yang menulis dan menyebarkan tulisan mengandung unsur SARA bisa kena pasal pidana.

Bayangkan anda mengcopy paste tulisan orang di wal FB pribadi, terus viral, anda tenar dan bangga karena terkenal, namun kebanggaan itu semu karena anda tidak lebih hanya seorang pencuri yang berburu like dan coment untuk popularitas.

Jika ada yang coment di wall anda dengan argumentasi yang kuat, anda pasti gagap tidak bisa menjawab, karena tidak paham dan menguasai persoalan tulisan itu, terus ada nitizen yang tahu membongkar aib anda mencuri tulisan orang, akhirnya anda di permalukan sebagai tukang jiplak, itupun kalau punya malu, kalau tidak ya lanjut hehehe.

Kalau ada penulis yang tahu tulisannya dicuri, lalu dia merasa tersinggung karena tulisannya di jiplak dan melaporkan anda ke pihak berwajib urusan juga bisa runyam.
Lebih parah lagi kalau tulisan yang anda copy paste itu mengandung unsur sara dianggap melanggar UU ITE, aparat hukum tahunya itu tulisan anda, bisa jadi anda dituduh sebagai penulis penyebar SARA, jadilah anda berurusan lagi dengan pihak berwajib.

Cara terbaik membagikan tulisan orang di FB jangan meng copy paste, cukup anda bagikan dengan memberikan coment, dengan membagikan, coment anda terpisah jelas dengan tulisan orang, dan tulisan yang anda bagikan dengan jelas memuat nama penulis dan juga linknya.
Kalau pun anda mau copy paste sebutkan Nama Penulis dengan jelas, sumbernya kalau perlu linknya. Jadi jika kelak tulisan itu bermasalah, anda tidak terkenan kasus hukum karena memang tulisan itu karya orang.

Dalam hal copy paste jangan cuma menulis dengan kata copas saja, tanpa menyebutkan secara jelas nama penulisnya, terus tulisan itu tersamar sehingga pihak lain mempunyai pemikiran itu karya anda itu mah licik namanya.
Cara copas yang baik kira-kira seperti ini, bisa diawali dengan coment anda bla bla bla, terus pisahkan dengan jelas coment anda dengan copy paste karya orang, bisa didahului dengan kata-kata bahwa tulisan dibawa ini adalah copy paste dari nama, sumber dari FB pribadinya link .........

Dalam dunia tulis menulis, mengutip tulisan orang lazim disebut referensi, jika anda pernah membuat skripsi, sepotong kalimat yang anda kutip diberi catatan kaki letaknya akhir halaman, pada catatan kaki itulah sumber tulisan di terangkan : judul buku, pengarang, penerbit, tahun, bahkan sampai halaman yg kita kutip.
Jika sepotong tulisan saja harus di beri catatan kaki, sebuah tulisan panjang mestinya harus lebih jelas lagi di sebut jelas sumbernya.

Seorang penulis akan seneng buah pikirannya di baca banyak orang, membagikan tulisan orang dengan menyebut sumbernya membuat penulis merasa dihargai, mereka akan dengan senang hati memberi ijin untuk copy paste, tapi kalau anda menjiplak bisa jadi seorang penulis marah dan meradang karya yg ditulis dengan susah payah dijiplak orang.

Jadi berhati-hatilah copy paste, jadilah nitizen yang cerdas, jangan mudah mengambil tulisan orang lalu pura-pura lupa anda pencuri, jangan punya moralitas rendah, sebaiknya mulai hari ini buat tulisan sendiri hasil perenungan pribadi, mudah kok menciptakan tulisan bagus, asal anda banyak membaca 
dan rajin latihan, jadi kesimpulannya jangan dibiasakan jadi plagiat, kalau pengen jadi penulis handal.
Tulisan ini saya buat untuk mengapresiasi teman-teman yang sangat menjunjung etika tulis menulis, mereka sewot sekaligus prihatin, tulisan saya yang viral itu di copy paste orang dan katanya viralnya melebihi wall saya, tanpa menyertakan nama saya, sampai mereka coment dan japri ke saya menumpahkan kekesalan si tukang plagiat itu.

Terima kasih untuk mamah SoeryaDian MozaixKayla AzzahraIntan Nurul Imamah
Ayo ngaku siapa yang copas tulisan saya dan tidak menyebut sumbernya? Salam untuk ibu Indrianti
Selamat Hari Raya Idul Fitri
Mohon Maaf Lahir Batin

Sabtu, 09 Juni 2018

Jangan Gampang Membangun Prasangka

TULISAN INI VIRAL DI FB DIBAGIKAN PULUHAN RIBU KALI
Sudah menjadi kebiasaan setiap ramadhan para orang tua, kakek-nenek, paman dan bibi menyiapkan uang recehan baru untuk dibagikan kepada anak, cucu, ponakan dan juga tetangga.
Tanpa diminta pun dihari raya idul fitri, para orang tua akan segera memberikan hadiah berupa uang yg besarnya hanya cukup buat beli es kepel kepada anak-anak, sebagai wujud kegembiraan menyambut hari raya
Angpau itu terkadang bentuk apresiasi kepada anak atau cucu yang masih kecil, dapat menjalankan puasa sampai tuntas, sehinggal layak diberi hadiah berupa uang.
Jika rejeki berlebih para orang tua rela menukarkan banyak uang dengan uang baru agar kesan memberi menjadi istimewa, inilah tradisi yang sudah melekat puluhan tahun.
Jadi yang harus dipahami, tradisi bagi-bagi uang di hari raya itu adalah semangat memberi dari orang tua ke anak-anak bukan sebaliknya anak-anak meminta seperti pengemis kepada yang lebih tua.
Sangatlah lebay jika tiba-tiba tradisi bagi uang itu dikatakan sebagai bentuk mengajarkan kepada anak mental pengemis, sebuah tulisan di FB sedang viral, judulnya sangat bombatis JANGAN AJARI ANAKMU JADI PENGEMIS DI HARI IED FITRI.
Penulis membangun narasi di awal tulisan tanpa data valid, seakan menuduh para orang tua banyak bermental pengemis :
"Liat tuh Om datang. Salim sana biar dapat uang"
"Ayo kita ke rumah teman ayah. Dia orang kaya, kalo kesana pasti dikasih"
Saya rasa tidak ada orang tua yang seperti itu, mengajarkan anak menjadi mental pengemis di hari raya, terlebih bagi-bagi uang itu hanya terjadi pada lingkungan keluarga dekat, hanya terjadi setahun sekali (ingat yang dibahas di sini dalam konteks hari raya saja ya, bukan diluar hari raya..!!!)
Imajinasi penulis saja yang kebangatan liar, hingga sampai hati menulis seperti ini, di ujung tulisan, penulis membuat kesimpulan ngawur seperti ini
"Sungguh malang nasibmu, nak.
Jika yang orang tuamu ajarkan adalah mental orang2 lemah"
"Mental peminta-minta yang justru sebenarnya dalam islam sangat dilarang."
"Tinggikan derajatmu dengan tidak mengajarkan si kecil meminta pada nenek, kakek, om, tante, paman, uwa, dll, dsb, dst di hari nan suci.
Wallahu a'lam"
What anak-anak diajarkan orang tuannya meminta-minta di hari fitri? Ngawur.
Cobalah berpikir dari cara berbeda, para orang tua di hari fitri sedang memberi contoh semangat berbagi kepada anak-anak juga kepada tetangga. Sehingga si anak bisa menauladani semangat berbagi dari orang tuanya.
Semangat berbagi itu dilakukan di saat silaturahmi kumpul keluarga, sesuatu yang sulit di lakukan selain hari raya, dalam suasana gembira.
Coba rubah sudut pandang anda menjadi positif terhadap tradisi itu, manakala anak anda di beri uang oleh keluarga bukannya ditolak, karena kurang baik menolak pemberian orang terlebih dari keluarga, tetap diterima seraya kita bilang ke anak.
"Nak ucapkan terima kasih ya, kelak kalau sudah dewasa nanti kamu harus mencontoh bapak/kakek/nenek mau berbagi rejeki kepada orang lain".
Sekali lagi, tidak ada orang tua yang mengajarkan anaknya menjadi mental pengemis, terlebih di hari fitri, ada memang anak-anak dan juga orang tua yang sengaja datang ke rumah tetangga yang mampu, untuk silaturahmi sekedar menikmati hidangan istimewa karena di rumahnya mungkin tidak ada, lalu tuan rumah menyambut dengan ceria dan membagikan uang.
Nah itu bukan mental pengemis itu hikmah ramadhan menjadi insan pemberi dan anak-anak yang kurang mampu ingin ikut merayakan kegembiraan bersama orang yang mampu, jangan di generalisir mereka bermental pengemis.
Bagi-bagi uang di hari fitri tidak akan mengakibatkan anak-anak menjadi pengemis atau bermental pengemis, kalaupun anda pernah mendengar, melihat bahkan mengalami sendiri disuruh atau diajarkan melakukan minta uang di hari lebaran oleh orang tua anda diwaktu kecil, kepada kakek-nenek-paman-bibi saya rasa itu hanya sekedar ungkapan kegembiraan, ditengah jalinan silaturahmi keluarga, diungkapkan dengan kalimat guyon bukan serius seperti layaknya pengemis meminta-minta dengan menadahkan tangan.
Toh faktanya anda yang barangkali pernah disuruh meminta uang di hari fitri, setelah dewasa tidak ada yang berfrofesi menjadi pengemis, bukan ajaran mental pengemisnya yang melekat, justru sebaliknya manakala anda sudah bekerja, sudah memiliki penghasilan sendiri, turut melestarikan tradisi ini, dengan menyediakan rejeki membagi angpau kepada para keponakan anda.
Mari rayakan idul fitri dengan mengapresiasi tradisi yang baik, jauhkan prasangka, janganlah gampang sekali membangun narasi dengan sudut pandang pribadi yang ujungnya membuat kesimpulan salah, ngawur dan menimbulkan ketersinggungan bagi yang menjalankan tradisi