Arsip Blog

Senin, 29 Mei 2017

Ibu Paini


Namanya Ibu Paini, dia salah satu anggota komunitas UMKM Mamin yang saya pimpin, jualannya pecel, punya kelompok usaha dengan nama KUBE PERCA singkatan dari Kelompok Usaha Bersama Penyandang Cacat, ya ibu Paini salah satu penyandang Distabilitas.

Kalau anda rajin hadir di Car Free Day Jl. Ahmad Yani Kota Bekasi, ada beberapa penyandang distabilitas jualan makanan atau minuman dapat dipastikan itu anggota binaan Ibu Paini. Sedangkan Ibu Paini Sendiri ikut berjualan pecel disana.

Ibu Paini sosok mandiri, meski tubuh tidak sempurna pantang baginya meminta, dia dengan gigih usaha sendiri berjualan pecel, dia juga mengajak teman-temannya yg se-nasib untuk ikut mandiri
Pernah suatu ketika dia bercerita, banyak diantara penyandang distabilitas memanfaatkan dan dimanfaatkan fisiknya untuk meminta, dengan tampilan tubuh yg memang tidak sempurna teramat mudah buat mereka meminta belas kasih, sehingga dari mengemis saja penghasilan mereka melimpah, namun menurut Ibu Paini itu perbuatan para pemalas dan sangat merendahkan harga diri.

Ibu Paini ingin mereka tegar, punya harga diri dan mampu mandiri, karenanya dia mendirikian kelompok usaha bersama, mengajarkan mereka keterampilan, mengajak produksi barang dan membuat kuliner untuk di jual, bagaimana hasilnya? kata Ibu Paini ada yang minat dan tekun, banyak juga yg tetep meminta.

Tiga hari lalu Ibu Paini wa saya, dia mohon bantu pinjam uang untuk bantu temannya, saya kutip utuh wa nya :
"Assalamualaikum,
Pak Afif mhn maaaf pak sebelumnya,paini mau merepotan bpk,paini ada urusan mendadak pak,ada salah satu saudara xisabilitas terlantar tanpa identitas sakit parah,dan sama warga dikirim ke saya,saya harus membawa ke SR pak"
"Ia paini sudah tidak ada simpanan,ada uang sikit buat prodoksi,ini mendadak bgt,minta tlg bantuanya pak"
"Kondisi lupuh pak ,karna warga tau nya saya komunitas disabilitas,tadi nya di manfaatin untuk ngemis,begitu sakit di tingal,mhn bantuanya sementara ya pak"

Astagfirulloh, saya langsung komfirmasi ke beliau, tanya kejadian yg sebenarnya, Ibu Paini menjelaskan seorang warga menelepon kepadanya, ada pengemis cacat terlantar, tidak ada yg urus, warga itu menyangka ibu Paini pengurus yayasan yg mengelola distabilitas, spontanitas tanpa pikir panjang Ibu Paini membawa pengemis cacat itu ke rumah sakit, kebetulan dia kenal dengan dokter relawan dompet duafa.

Semua biaya perawatan ditanggung DD, namun untuk operasional bolak balik bu paini belum ada dana, maka dia menghubungi saya untuk meminjam.

Sudah hampir lima tahun saya bergaul dengan Ibu Paini, tidak pernah dia meminta bantuan karena sikap mandirinya. Sekalinya minta bantuan bukan untuk dirinya, tapi untuk bantu sesama distabilitas yang tidak dia kenal, subhanalloh mulia sekali orang ini.

Saya berinisiatif mengajak teman-teman UMKM Mamin membantu ibu Paini, mengulurkan tangan membantu donasi, lewat grup wa saya ketuk hati teman-teman

Alhamdulillah dalam waktu satu hari terkumpul Rp 4.975.000 (empat juta sembilan ratus tujuh puluh lima ribu rupiah), pagi ini disaksikan teman2 , saya menyerahkan uang tersebut guna membantu meringankan temannya Ibu Paini.

Itulah sisi lain kita berkomunitas, membantu sesama yang terkena masalah atau musibah, sesuatu yang berat akan menjadi ringan kalau di usung bersama, solidaritas terjaga persaudaraan terbangun utuh.

Pesan moral yang bisa di tangkap adalah bahwa ditengah keterbatasan fisik dan dana, Ibu Paini tetap berbuat untuk menolong sesama, tetap konsisten menumbuhkan solidaritas sesama, maka ketika dia tidak memiliki dana, tangan Allah bekerja lewat teman2 komunitas, sehingga kebutuhan untuk membantu sesama bisa cepat tertanggulangi.

Bukankah puasa itu mengandung makna membangun solidaritas kuat kepada para duafa, dengan turut merasakan dahaga dan lapar di siang hari?

Kepada Ibu Paini kita belajar.

Kamis, 25 Mei 2017

Tangan Di Atas

Tangan Di Atas lebih baik dari tangan dibawah, tangan diatas maknanya anda lebih banyak memberi, tangan dibawa berarti menerima atau meminta, sebagai umat muslim kita diajarkan untuk senantiasa memberi dan jangan berharap sesuatu dari memberi, harus ikhlas, jangan pernah juga menjadi peminta kecuali meminta pada Yang Maha Pemberi.

Ketika anda mau bergabung di komunitas Tangan Di Atas (TDA) maka yang mesti anda tanamkan adalah semangat memberi, jangan berharap sesuatu dari TDA, misalnya berharap dapat materi, uang, bisnis langsung sukses, bisa dapet banyak ilmu banyak dll, Semua itu tidak akan anda dapat ketika anda belum memberi.

Apa yang harus anda beri? Semua hal waktu, tenaga, pikiran, uang. Kelak ketika anda sudah bergabung dalam aktivitas TDA, berkorban waktu lah yang paling penting anda berikan, TDA itu komunitas bisnis berbasis sosial, terkadang ketika menyelenggarakan sebuah event, dilakukan secara keroyokan, tidak mesti pengurus yang melaksanakan, anda bisa juga jadi bagian kepanitian dan bersiap kerja ful time untuk tidak dibayar.

Keaktivan menjadi tolak ukur apakah anda sudah mau memberi, semisal TDA menyelenggarakan workshop semua bisa membantu dan menjadi bagian panitia, ketika anda mau berkorban waktu, tenaga, pikiran sampai uang disitu anda telah berbuat lebih untuk mau memberi.

Namun harap dicatat, ada hal paling konyol dari TDA, walau anda sudah membantu sungguh2 dalam kepanitian, sudah berpeluh2, anda kalau mau ikut kegiatan TDA berbayar maka anda wajib membayar, sama dengan peserta yang lain.

Lah kenapa mesti bayar juga saya kan panitia? Ingat anda anggota TDA, anda harus memberi, ketika anggota lain memberi dengan membayar tiket, anda mau meminta gratisan, itu bukan spirit TDA, pengorbanan anda sebagai panitia adalah spirit memberi, itu nilai lebih anda dibanding bukan panitia, membeli tiket dimana anda menjadi panitia adalah bentuk komitmen anda untuk tidak meminta atau menerima sesuatu secara gratisan.

Add caption
Lah kalau kita disuruh memberi, kita di TDA dapat apa? Saya pribadi sih merasa tidak mendapat apa-apa, materi tidak, bisnis meningkat tajam juga tidak, lalu apa dong? Memberi itu ibarat menanam sebuah kebaikan, kabar baiknya satu kebaikan di balas 70 kebaikan. Nah kebaikan itu kita dapat justru ketika kita aktiv ikut kegiatan di TDA, keaktivan akan membuahkan banyak pertemanan dan dikenal, nah pertemanan bisa menumbuhkan kolaborasi, dari kolaborasi itu buah keaktivan bisa di dapat.

Dan saya mendapat semua ini di TDA, teman baru para master bisnis yang mumpuni sehingga teramat mudah buat saya berkonsultasi soal bisnis kepada mereka yg sudah sukses.

Kemarin proses regenerasi TDA Bekasi dilaksanakan era kang Yusuf Erlangga berakhir era berganti ke era Muh. Arifin, ditingkat pusat pun juga berganti dari Mustofa Romdloni Std ke Barra, semua orang-orang hebat yang mau berkorban waktu, tenaga dan pikiran untuk kemajuan komunitas.

Dari sisi bisnis mereka juga orang-orang sukses yang bisa dicontoh bahwa bisnis tidak identik dengan sekedar mencari materi, bisnis juga harus berkolaborasi dengan berbagi kepada pihak lain dalam bentuk kegiatan sosial entrepeneur.

Pesan moral yang harus dicatat dari tulisan ini adalah, bahwa komunitas itu tempat kita mengabdi, bahwa berkomunitas itu adalah bagian dari fitrah manusia sebagai mahluk sosial, jadi buat yang aktiv di komunitas janganlah berharap akan mendapat sesuatu dalam bentuk materi, namun persahabatan, pertemanan dan juga keakraban yg dibangun mampu menciptakan sinergitas yg pada ujungnya bisa menjadi kolaborasi bisnis yg kuat.

Selamat menjalankan amanah buat Mas Muh Arifin dan den Ahmad Baidillah Thariq Barra semoga bisa menjalankan amanah membawa tda lebih baik lagi. Bangga saya mengenal dan menjadi bagian TDA.
25 Mai 2017


Senin, 15 Mei 2017

Tiga Wajah NU


NU atau Nahdiyin itu memiliki tiga wajah, Kultural, Sruktural dan politik, NU kulutural adalah secara sederhana digambarkan semacam rangkaian budaya khas keislaman indonesia yang sudah memasyarakat seperti maulid, tahlil, talqin dll, saat ini di gadang gadang dengan sebutan Islam Nusantara, sebuah paham yang menganggap Islam itu moderat akomodatif pada budaya lokal.
Dalam praktek dilapangan kegiatan budaya ini mendominasi praktek keislaman di negeri ini, disamping amaliah wajib umat islam seperti sholat, puasa dan haji

NU struktural adalah NU Jamiah, yaitu orang atau person yang aktiv menjadi pengurus atau anggota NU, jumlah anggota NU jamaih tidak jelas, karena memang mereka belum punya database anggota yang mumpuni, jumlahnya juga tidak besar.

NU Politik adalah wajah NU direpresentatikan NU dalam wajah politik, jumlah NU politik itu juga kecil, tengoklah jumlah kursi PKB (partai anak kandung NU) di DPR tidak jauh lebih besar dengan partai PKS yang baru berdiri di awal reformasi.

Nah kalau selama ini selalu didengungkan NU diklaim sebagai organisasi dengan jumlah anggota terbesar bisa jadi ya, tapi harus dicatat itu wajah NU kultural bukan Struktural, apalagi wajah NU politik, karena sebagian besar ummat islam indonesia banyak mempraktekan cara keislaman NU kultural, namun tidak pernah terdaftar sebagai anggota NU Jamiah.

Wajah kultural itu tidak serta merta akan ikut maunya struktural, mereka massa mengambang bebas, yang tidak terikat pada aturan struktur organisasi, selama kultur mereka tidak di singgung, tidak akan ada diantara mereka yang patuh pada Struktural, tapi ketika kultur mereka disinggung, kultural bisa kecewa, struktural dengan banyak motif akan ikut bermain.

Peristiwa 212 adalah contoh wajah paradok NU struktural dan klutural, meskipun struktural koar-koar tidak setuju dan melarang ummatnya hadir dan tokoh yang jadi komando dianggap radikal (Habib Riziek) dan orang Muhammadiyah (Bahtiar Natsir) , faktanya lebih jutaan orang hadir disana, siapa saja mereka yang hadir? NU kultural lah yang mendominasi, mereka tidak patuh pada sabda struktural karena memang mereka tidak kenal dan tidak ada ikatan organisasi, uniknya meski dikomandoi Islam "Gariskeras" sholat Jumat memakai cara NU kultural, azan dua kali, terus dimulai dengan zikir dan tahlil ala ustadz Arifin Ilham ha..ha..ha..

Selama ratusan tahun NU kultural ini coba "diluruskan" karena oleh versi organisasi islam modernis dianggap menyuburkan penyakit TBC (Tahayul Bidah Churafat), hasilnya gagal total, NU kultural tetap eksis bahkan menjadi paham mayoritas negeri ini.

Pertarungan panjang modern dan tradisional pada akhirnya mencapai titik keseimbangan baru, paham modern fokus di bidang kesehatan, pendidikan dan kesehatan dan berkantong di wilayah-wilayah perkotaan dan perumahan baru dan NU menjaga wilayah pedesaan.

Tapi harus di catat meskipun NU mengendalikan desa tapi soal politik NU memang piawi, tokoh NU bisa di terima banyak pihak, makanya satu-satunya tokoh Islam Negeri ini yang pernah jadi Presiden adalah orang NU yaitu Gus Dur, Tokoh Muhammadiyah Sekelas Amin Rais bergelar bapak reformasi dan Hidayat Nur Wahid paling tinggi jabatannya ketua MPR he..he..he..

Ketika banser membubarkan pengajian salafy/HTI itu sesungguhnya melanggar fitrah NU Struktural beserta organisasi sayapnya, karena selama ini NU Sturkrural terkenal sebagai organisasi akomodatif dan kompromomi, tengoklah sejarah sejenak, ketika Soekarno mendengungkan bersatunya Nasionalis-Agama-Komunis bersatu dengan nama Nasakom NU ikut, ketika Komunis digayang awal Orde Baru NU terlibat, ketika rezim Orde Baru mengkampanyekan azas tunggal NU sami'na wa atohna, pun ketika sebagian besar umat sedang marah dengan Ahok, NU tetap berkepala dingin, bahkan ada kyai yg mengaku NU malah "membela" Ahok.

Kenapa mendadak bringas? Saya tidak tahu, tapi ini sekedar catatan saya pada saudara saya NU sruktural, secara pribadi saya sih NU Kultural, saya dan keluarga masih mengamalkan apa yg mereka sebut para wahabiria sebagai bukan sunnah mungkin juga bid'ah seperti perayaan maulid, haul, sedekah kematian,

Waktu orang tua saya meninggal ya tetep ngadain sedekahan 3 hari, 7 hari sampai 40 hari, nah kemaren saya hadir acara khas NU Kultural haul kakek tercinta bersama masyarakat pondok ungu. Walau secara kultur NU, namun seumur-umur saya tidak pernah tercatat masuk NU Jamiah, dalam garis pergerakan saya malah lebih tertarik pada gerakan modern seperti Muhamadiyah.

Menurut saya apa yang disebut pengajian sunnah itu hanya pengulangan dari gerakan pemurnian agama yang pernah di lakukan Muhammadiyah dan Persis pada masa lalu, ada gesekan dilapangan karena menyangkut keyakinanya NU kultural, namun sangat jarang gesekan itu menjadi adu fisik apalagi sampai melarang dam membubarin pengajian.

Di kampung saya pernah ada seorang ustadz anak kandung NU terus berubah dan dianggap jadi Muhamnadiyah, saat Idul fitri dia beda hari, ustadz itu ngadain sholat id lebih awal, orang kampung saya yang NU kultural, tidak marah, cuek bebe, bagimu keyakinannmu, untukku keyakinanku, mereka lebih taat pada pemerintah yang netapin sholat id yang satu hari lebih lambat.

Jadi NU kultural tidak akan ada yang bringas selama tidak dikipasi tidak akan pernah menjadi bentrok kalau tidak ada yang ngomporin, jadi saya kira santai saja teman teman NU Struktural beserta organisasi sayapnya kalau ada orang yang suka membidahkan dan mengkafirkan ajaran NU kultural, toh mereka juga minoritas dan pasti gagal menghilangkan amalan dan budaya NU kultural.

Ummat NU Kultural sudah dewasa, jadi sebaiknya pembubaran pengajian yg mengatasnamakan sunnah itu jangan terulang, biarkan saja mereka mengamalkan apa yang mereka sebut dakwah sunnah, toh mereka belum tentu sukses merubah wajah Islam Indonesia.

Lalu bagaimana dengan khilafah? Ah itu cuma ilusi saja, ideologi khilafah tidak akan laku di negeri ini, mereka cuma minoritas kecil yang masih terobsesi pada masa lalu, di alam demokrasi keberadaan mereka di bolehkan, sebagaimana penggemar rok mini juga dibolehkan, selama pengusung khalifah belum di anggap ideologi dan organisasi terlarang oleh keputusan pengadilan negeri ini, seperti halnya PKI mereka berhak menyampaikan ide dan gagasannya, jangan jadi jaksa dan hakim melarang mereka hidup.

Ini hanya sekedar sumbang opini pribadi, boleh di di diskusikan dengan kepala dingin, bukan dengan emosi.

Jumat, 12 Mei 2017

Keranda Jenazah


Di karawang ada taman pemakaman elite, harganya bisa mencapai ratusan juta, yang membangun sebuah perusaan property papan atas, ternyata bisnis tanah makam itu menjanjikan, buktinya banyak orang yg pesen sebelum mati dan laku keras, hebatnya pembelinya bukan orang sembarangan, harga selangit membuat kalangan berdiut saja mau beli tanah makan sebelum kematian.

Kawan saya Fathoni membuat bisnis unik, dengan nama kerandajenazah.com, jualannya ya membuat keranda jenazah, perangkat mengantar kematian kita ke alam kubur.

Bagi sebagian orang bisnis ini bisa membikin bulu kuduk berdiri, bagaimana tidak setiap hari Bung Fathoni Fathoni beserta karyawannya berjibaku mengelas dan memotong bahan untuk dijadikan kereta kencana menuju alam lain, jangankan membuat, memegang pun mungkin diantara kita menghindar.

Dalam suatu kesempatan ngobrol, ada teman bertanya
"Mas Fathoni pernah nggak di ganggu sesuatu saat membuat keranda"
"Ah itu mah biasa"
walah bikin takut aja nih.

Di tengah Pesta Wirausaha Tangan Diatas, dimana ratusan stand peserta ikut partisipasi, ada satu stand unik kerandajenazah.com, isinya ya pernak pernik keranda jenazah.

Seperti diceritakan sang pemilik, banyak yang terbengong-bengong melihat stand itu, kok ada keranda jenazah ditengah Pesta Wirausaha? Kata pemiliknya, ada pengunjung yang tidak berani menoleh, banyak yang takut lewat di depan stand tapi banyak pula yang penasaran bertanya, Keranda jenazah kok bisa jadi lahan bisnis? wkkk

Apa yang dapat kita petik dari bisnis keranda jenazah? Bahwa apapun bisa di buat bisnis selagi orang perlu dan butuh. Keranda jenazah bagi sebagian kita mungkin tidak butuh, namun bagi rumah sakit, lembaga sosial kematian itu butuh.

Nah yang spesialis membuat keranda jenazah ternyata belum ada, disini ceruk bisnis muncul, di tangan seorang Fhatoni keranda jenazah jadi bisnis unik yang menjanjikan. Jadilah Fhatoni satu-satunya orang yang berani mendeklarasikan bisnis keranda jenazah.

Saya pernah bertanya pada Bapak Fhatoni apa pembelinya banyak? Ternyata jawabnya iya, karena spesialis dan mungkin satu satunya di negeri ini yg jualan keranda jenazah, pembelinya berdatangan hampir dari seluruh indonesia, hebat kan?

Mau tahu lebih jelas? silahkan kunjungi stand KerandaJenazah.com di Pesta Wirausaha Taman Mini, nah disana anda bisa bertanya lebih dalam tentang bisnis unik ini.

Sekalian mau coba keranda juga boleh, siapa tahu cocok ukurannya dengan badan anda, ya kalau cocok bisa langsung beli dan bawa pulang kerandanya, buat menginget tobat.

Nah kalau ngeri bisnis keranda jenazah, bisnis bandeng rorod aja, modal 575 ribu, bisa dapet untung besar, ealah iklan juga bro

Jumat, 05 Mei 2017

PELAJAR ISLAM INDONESIA (PII)

Banyak yang menangis ketika ikut pelatihan itu saya mah tidak, saya justru menangis ikut pelatihan sampai sesungukan 30 tahun lalu saat mengikuti basic training PII.

 Training PII memang sangat mengesankan masa remaja saya, disaat banyak remaja asyik dengan dunia hura-hura lah malah saya ikut kegiatan organisasi yg pada masa itu dianggap subversif, kalau disamakan dengan kondisi kekinian PII organisasi radikal yang anti pancasila seperti HTI

😂
Training PII memang terbaik diantara sekian banyak training yg saya ikuti, melatih kita sejak dini untuk bisa jadi pemimpin, metode trainingnya sangat bagus, mengajarkan keberanian, kemandirian sampai kemampuan berdebat dengan argumen bagus, jenjang training pun bertingkat dari basic, mental sampai advance.

PII pada masa itu memang keras kepala, disaat Soeharto mengusung azas tunggal dimana semua orang manut, lah PII tetep keukeh anti azas tunggal, tak salah kalau rezim Orba begitu mencurigai organisasi ini, hingga markasnya sering di datengin intelijen, waktu itu kami menyebutnya teke, secara berkelakar teman-temen bilang banyak teke di rumahku Menteng Raya 58, inget ya teke bukan tiko wkk
 ðŸ˜‚😂.
PII mengajarkan kita belajar Islam sungguh-sungguh sejak dini secara terbuka dengan banyak membaca literatur, beragam buku boleh dibaca, tidak ada larangan, karenanya waktu itu saya mah asyik-asyik saja baca buku semua pemikiran Islam dari Syiah (Kang jalal, Tabatabi, Komeini), Mutazillah (Harun Nasution), Hasan Hanafi (Kiri Islam), Gus Dur, Amien Rais, buku-buku Ikwanul muslimin, Abu ala Almadudi, sampai Kuliah Tauhid Bang Imad dan bukunya lainnya seperti Soekarno.

Soal debat? Wah anak PII emang jago debat, itu kalau debat berbobot karena di isi bacaan literatur yang kuat, bahkan hingga kini alumni PII itu dikenal jago debat.

Jilbab? Nah ini PII salah satu pelopornya, pasca Revolusi Islam Iran, banyak anak-anak PII wati terbangun kesadarannya mengenakan jilbab, pemerintah yg udah alergi sama Islam saat itu, makin ketakutan, sehingga melarang siswa berjilbab belajar di kelas, takutkah pelajar mengenakan jilbab pada waktu itu tidak?

Mereka tetep ngeyel melawan kebijakan pemerintah, mereka tetap kesekolah, tidak boleh masuk kelas yan belajar di masjid dan perpustakaan, ada yang dikeluarin dari sekolah, namun sekolah-sekolah Muhammadiyah pada waktu itu siap menampung mereka di keluarin. Tapi pada akhirnya jilbab menang, larangan di cabut kini siswa bebas mengenakan jilbab di sekolah.

Sudah lama saya tidak beriteraksi dengan teman-teman PII, nah ketika sosmed beredar baru nyadar banyak alumni PII yang sudah jadi orang macam Ustadz Alfian master anti Komunis, Agil master training, Endra master sejarah, Komarudin Ibnu Mikam Budayawan Bekasi sampai konon kabarnya Ulil Yusron salah satu Ahok Mania itu alumni PII juga, mungkin Ulil alumni PII yang sesat menyesatkan he,. he..


Hari lahir PII dinamakan Harba (Hari Bangkit), karena pada Tanggal 4 Mai 70 tahun lalu para pelajar terbangun kesadarannya menyatu dalam satu wadah untuk kejayaan islam dan ummatnya.

Tiga hari lalu timeline saya di fb banyak ditulis status selamat harba PII, ah betapa cepat berlalu masa remaja saya, tidak terasa sudah 30 tahun berlalu bersama PII

Hari ini salah seorang teman Basic Training saya alumni PII Bekasi, Ketua STAI Agus Salim Sdrku Karyoto Wirosantoso Meraih Gelar Doktor, bangga saya bisa melihat teman mencapai tingkat pendidikan tertinggi, saya kira keberhasilan itu buah Training PII yang hebat.

SELAMAT HARBA PII KE - 70