Arsip Blog

Rabu, 09 November 2016

Setiap Kita Adalah Juara


Beberapa hari lalu saya bersama pengurus TDA Bekasi meting dengan Rumah Zakat, sebuah lembaga pengelolah zakat, infaq, shadaqoh dan wakaf profesional, dalam rangka penjajakan kerjasama membantu pemberdayaan ummat

Salah satu program menarik dari Rumah Zakat adalah beasiswa sekolah juara. Mereka menawarkan kepada para donatur untuk memberi beasiswa selama satu tahun yang besarannya di tentukan berdasarkan tingkatannya, ada beasiswa sd, smp,sma/smk, para donatur akan di beri laporan setiap tahun, dan di kasih progres report anak yg diberi beasiswa oleh donatur.

Sekolah juara adalah sebuah konsep pendidikan yang lebih mengedepankan penghargaan kemampuan siswa dalam bidang tertentu yang bisa di capai siswa ketimbang angka-angka nilai pelajaran di rapot. Mereka menggambarkan setiap anak punya potensi, jika potensi itu dipupuk dan diarahkan dengan benar mereka adalah para juara di bidangnya masing-masing.

Mereka yang pandai di bidang menghapal, lalu hapal quran beberapa jus maka dia adalah juara hapalan quran, yang punya minat olahraga seperti karate, lalu berlatih sungguh-sungguh hingga naik tingkat dia adalah juara karate, bahkan mereka yang punya kemampuan dianggap sepele seperti rajin membantu membersihkan dan mencuci piring maka dia juara di bidang kebersihan.

Kerjasamma RZ Bekasi Dengan TDA Bekasi
Konsep juara di kembangkan mengingat mereka yang mendapat beasiswa adalah para duafa dan yatim, dimana tingkat kepercayaan diri mereka kurang akibat kemiskinan dan tidak punya orang tua, mereka menjadi minder, kurang inisiatif dan kreatif sehingga perlu pendampingan kuat untuk menumbuhkan sikap percaya diri yang utuh.

Cara menumbuhkan itu sederhana memberikan reward gelar juara pada setiap pencapaian hasil sikap hidup, mulai dari kebersihan diri sampai pada pencapaian nilai-nilai ruhani seperti rajin sholat berjamaah.

Konsep sekolah juara ini sangat bagus, merupakan anti tesa dari sistem pendidikan kita selama ini, dimana siswa di ukur keberhasilannya dari angka-angka yang di capai lewat rapot,lalu nilai rapot itu di jumlah yang paling tinggi di kasih label juara, tidak ada upaya memberi reward pada pencapaian bidang lain seperti sikap diri, kemampuan berbagi dan juga kemampuan mengelola hal-hal yang di anggap remeh seperti menjaga kebersihan.

Setiap kita adalah juara, itu adalah konsep yg kerap diajarkan para motivator, kita adalah satu-satunya sel sperma, dari 350 juta sel sperma yang dipancarkan ayah kita, berlari secepat kilat bertemu dengan sel telur ibu, terjadilah pembuahan yang menjagi cikal bakal terciptanya kita.


Kerjasama TDA dan RZ Pusat
Karena setiap kita adalah juara, maka kita berhak menciptakan prestasi juara untuk diri kita sendiri, dalam presfektif bisnis setiap kita bisa menjadi juara bisnis tanpa perlu meniru pihak lain, boleh saja kita menyerap ilmu dari para tutor, mentor, motivar bisnis dan pengusaha sukses, tapi pada akhirnya kita bisa menciptakan sejarah bisnis kita sendiri.

Belajar dari sekolah juara, kita bisa merubah paradigma berpikir para pebisnis, bahwa ukuran kesuksesan bisnis tidak hanya diukur dari asset dan penghasilan melimpah, namun bisa ditambah dengan nilai-nilai lain yang jauh lebih besar seperti kebebasan, semangat berbagi, kemampuan bersosialisasi dan nilai-nilai spritual

Kebebasan adalah sikap utama pebisnis, mereka bebas mengutaran konsep, ide dan mengaplikasikannya dalam praktek bisnis sehari hari, pada ujungnya jika berhasil bisa tercipta kebebasan finansial.

kebebasan ini menjadikan pebisnis tidak bergantung pada pihak lain, independen dalam bersikap dan bertindak sehingga pebisnis diharapkan bukan hanya sekedar pencari harta namun pelopor dalam melakukan perubahan di masyarakat.

Dalam prespektif modern pebisnis itu adalah masyarakat kelas menengah, mereka cerdas dan punya daya kritis, terhadap lingkungan dan juga penguasa. Apabila dirasa ada penyimpangan di tingkat masyarakat dan penguasa, pebisnis sejati bisa berubah menjadi aktivis untuk mengkoreksi penyimpangan itu, mengingat pebisnis itu jauh lebih independen ketimbang kaum politisi dan aktivis yang secara ekonomi bergantung pada pihak lain, koreksi dari para bebisnis jauh lebih netral, independen dan berbobot.

Kita bisa mengacu pada sejarah pebisnis zaman nabi muhammad saw, abubakar, usman, abdurahman bin auf, siti khadijah istri rasulullah, mereka pebisnis sejati pandai mengembangkan asset namun peduli pada perjuangan menegakan islam, mereka akan rela mengorbankan hartanya ketika ummat membutuhkan. Abubakar adalah contoh pebisnis lembut hati namun tegas, ketika diberi amanah ummat menjadi khalifah, ada sebagian masyarakat yang mencoba makar dengan tidak mau membayar zakat setelah nabi wafat, abubakar dengan tegas menindak pelaku makar islam.

Jadi ketika anda sudah jadi pebisnis ,beragama islam, kitab anda di nista, anda tidak tergerak membantu malah asyik traveling, lebih parah lagi nyinyir pada perjuangan sesama ummat ya ukur sendiri kehebatan bisnis anda dalam pandangan umat muslim. Sikap yang paling apik ketika anda tidak setuju adalah diam.

Berbahagialah saya tatkala aksi damai umat islam kemarin, teman2 saya para pebisnis bahu membahu membantu saudara seiman yang ikut aksi damai dalam bentuk yang paling mereka mampu materi, hebatnya banyak diantara mereka terpanggil ikut terjun langsung, hadir diantara jutaan ummat yang menyuarakan tuntutan hukum penista quran, allahu akbar saksikan ya allah hambamu yang sukses bisnis, tidak melupakan mu tatkala ayat-ayat mu di nista.

Semangat berbagi adalah sisi lain untuk menebar manfaat menjadi pebisnis, bahwa keberhasilan yang didapat tidak ada manfaatnya kalau dimakan sendiri,anda wajib berbagi, tidak akan masuk sorga jika anda para pebisnis asyik nongkrong di cape dengan dalih loby bisnis, namum tetangga anda kelaparan.

Semangat berbagi bukan hanya pada materi, bisa juga dalam bentuk transfer pengalaman dan ilmu, paling penting saya kira adalah semangat berbagi kepada karyawan yang telah membesarkan bisnis anda, dengan memberikan hak sesuai dengan aturan sangat bijak memberi lebih dari aturan.

Kemampuan bersosialisasi juga penting agar pebisnis tidak berumah di atas angin, bersosialisasi mengajarkan kita untuk lebih kenal kenal denyut masyarakat sehingga kita menjadi lebih peka dan peduli.

Akhirnya juara bisnis tidak bisa diukur dari banyaknya asset tapi sukses bisnis adalah ketika bisnis kita mampu membawa manfaat untuk banyak orang, kejarlah asset sampai dunia ini runtuh, namun berbagilah kebahagian saat ini juga sebelum dunia ini runtuh.

Bagian penutup dari tulisan saya ini nilai2 spiritual dalam bisnis itu penting, saya salut ada teman2 bisnis yang mulai menerapkan pada hal mendasar seperti mewajibkan sholat berjamaah, mengadakan kajian islam bersama pimpinan dan karyawan dll, kesaksian yang saya denger dari mereka yang sudah mempraktekan nilai spiritual adalah bisnis menjadi tenang, silaturahmi dengan karyawan bagus, kinerja bisnis makin berdenyut, Jadi kesimpulan tulisan saya ini adalah bisnis dan nilai2 spiritual itu menyatu

Senin, 07 November 2016

Massa diam


Saya terkejut ketika salah seorang anggota komunitas bisnis mengunggah photo ikut aksi damai hari ini di grup wa, padahal persepsi saya selama ini mereka nampaknya tidak peduli dengan urusan politik apalagi mikirin ahok, di grup itu pula ada "aturan dan penjaga yang bukan pengurus" yang selalu keras kalau sudah nulis urusan yang katanya politik.

Menjadi menarik mengapa kawan saya itu berani menabrak aturan grup? Bahkan ada yang secara terang-terangan nulis di status fb pribadinya ikut aksi damai. Seorang istri teman saya juga dengan haru menulis hari ini menyiapkan bekal untuk suami tercinta yang akan ikut aksi damai.

Persepsi saya teman-teman dikomunitas bisnis seakan a politik, mereka tidak tertarik dengan hingar bingar politik, mereka asyik dengan dunianya yang sudah mapan, mereka pastinya lebih suka makan bersama di restoran, nongkrong di cafe, traveling, ketimbang turun ke jalan, walaupun dulunya diantara mereka ada yang tukang demo.

Namun dalam kasus ahok mereka kok tiba-tiba berubah? Jawabnya menurut pemahaman saya bukan berubah, tapi apa yang di ucapkan ahok itulah yang merubah pandangan mereka terhadap ahok.Penggusuran, kata-kata kasar, umpatan dan gaya perpolitik ahok, mereka pasti mengikuti namun itu tidak sampai mengusik mereka, walaupun saya yakin nurani mereka terusik dan gregetan melihat tingkah polah ahok namun itu belum mampu menggerakan mereka itu action, karena mereka cerdas memahami peta perpolitikan di negeri ini.

Namun ketika ahok mengucapkan kata yang menista keyakinan paling dasar, nurani nya memberontak, ini tidak bisa di biarkan, harus ada teguran keras, jadilah mereka turun ke jalan hari ini.
Massa diam itulah julukan pas buat mereka,massa dia ini jumlahnya besar dan selama ini mereka diam dan hanya bisa mengutuk dalam hati tingkah dan polah ahok, tadi pagi pun saat saya naik gojek dan bilang mau ikut aksi damai, tukang gojek langsung doain dan bilang itu orang mulutnya memang kudu di jaga kalau perlu di sumpel.

Hari ini massa diam itu sudah habis kesabarannya, mereka tidak lagi diam melihat keyakinannya di nista, massa diam itu muncul dari berbagai profesi dan saya pun tidak bisa diam selamanya, hari ini saya bersama ratusan ribu massa diam dari seluruh indonesia menyuarakan isi hati dengan damai.

Bahwa sudah saatnya pemimpin negeri ini jangan pernah mengusik keyakinan rakyatnya, harus jaga
sikap, jangan sembarang membuat ucapan atau umpatan, bahwa setiap pemimpin boleh tegas tapi tidak menista, boleh marah tapi jangan mencerca, boleh tegas tapi jangan arogan.

Mudah-mudahan ini menjadi pembelajaran buat para pemimpin dan calon pemimpin negeri ini, jangan meniru ahok, hargai rakyat dan paling utama hargai keyakinan terbesar rakyat negeri ini islam.

Setelah aksi damai ini lalu ahok di proses hukum sesuai dengan apa yang dia katakan, lalu dinproses dinpengadilan, massa diam itu yakin akan diam lagi, larut dalam kehidupan sehari-hari.

Istqlal
Ditengah ratusan ribu ummat
Menyuarakan aksi damai
Wassalam

Tulisan ini dimuat di harian Radar Bekasi
Tanggal 5 November 2016

Standar ganda demokrasi


Salah satu inti ajaran demokrasi adalah kebebasan mengeluarkan pendapat baik melalui lisan ataupun tulisan, bentuknya bisa berupa membuat tulisan, opini, berita dan juga aksi damaiDalam alam demokrasi aksi damai adalah hal biasa, bahkan terlalu biasa, sama biasanya kita makan sambal, ada yang tidak suka, banyak juga yang suka, jadi tidaklah terlalu istimewa kalau ada kelompok masyarakat tidak puas terhadap suatu kebijakan pemerintah melakukan aksi turun ke jalan, itu sah, konstitusional dan di lindungi undang-undang.

Di alam reformasi ini teramat sering kita melihat aksi turun ke jalan, mulai dari mahasiswa, buruh, dan kelompok masyarakat lain, biasanya berakhir dengan damai, kalaupun ada pernak-pernik rusuh, itu bisa dilokalisir, sikap masyarakat pun sudah biasa dan tidak terlalu alergi terhadap unjuk rasa.

Sikap masyarakat yang sudah dewasa ini berbanding terbalik dengan sikap para tokoh yg sering mengaku pejuang demokrasi dan tokoh pluralisme mereka begitu toleran jika kelompoknya atau kelompok lain berunjuk rasa namun ketika umat islam ingin menyalurkan hak konstitusionalnya melalui aksi damai para "tokoh" ini langsung paranoid.

Belum juga ge di laksanakan, mereka sudah membangun opini di media yang se ide, dengan memberi stigma negatif, maka muncullah berita menyeramkan dari kutipan mulut mereka di medua seakan negeri ini akan runtuh ; demo bisa anarkis, ini ulah kaum radikal, bisa ditunggangin isis, tragedi 98 bisa terulang dan judul judul lain yang menyeramkan.

Untuk memperkuat opini, mereka membuat panggung diskusi dan seminar seolah-olah ilmiah menghadirkan pakar tukang - yang rela dibayar murah sama murahnya dengan peserta aksi bayaran- membedah dan menganalisa dampak aksi damai hebatnya mereka kompak bahwa aksi damai umat islam jika terjadi akan ricuh dan anarkis, karenanya patut di cegah.

Disini mereka kehilangan nalar, kebebasan berpendapat yang mereka agungkan, menjadi hilang
makna kala umat islam yang melakukan, seakan umat islam itu tidak layak berdemokrasi dengan cara aksi damai karena pasti berakhir ricuh, hanya kelompok nyalah yang bisa berlaku beradab ketika berunjuk rasa.
Nah ketika aksi damai umat islam jilid satu berlangsung damai, dengan dihadiri ribuan orang media mereka bukannya meliput kedamaian yang mereka tuntut, mereka mencari kesalahan dengan mengatakan banyak taman yang rusak di injak, sampah berserakan dan jumlah peserta aksi yang di kecilkan dari puluhan ribu menjadi ratusan saja

Standar ganda demokrasi sudah sering mereka terapkan terhadap umat islam, jika mereka melakukan aksi unjuk rasa, media mereka fokus pada inti tuntutan, seakan tuntutan mereka sangat benar dan patut di dukung semua komponen bangsa, tidak pernah mereka fokus pada pernak pernik demo, taman rusak, sampah berserakan, lucunya demo kelompok mereka sangat sedikit pesertanya, namun tuntutan mereka seakan semua anak bangsa di negeri ini di klaim menyetujui aksinya.

Pada aksi damai jilid dua pun sikap mereka sama, bukannya fokus pada tuntutan ummat islam, aksi anarkislah yang mereka liput, mereka besar2 kan, kutipan pejabat dijadikan headline, tuntutan umat diabaikan, jadilah headline berita utama mereka seragam.

Satu hal lagi bentuk kemunafikan mereka, apabila salah satu media mereka tercolek aparat atau masyarakat, akibat pemberitaan bias seperti kasus pengusiran wartawan tv di salah satu aksi damai, mereka kompak berteriak ada upaya membungkam kebebasan pers,lengkap dengan sejuta argumen pembenaran, dewan pers lansung bersuara, namun sewaktu 6 portal islam di blokir pemerintah dengan alasan menyuarakan radikalisme tanpa melalui putusan pengadilan mereka sariawan, mereka membiarkan, tidak ada pembelaan dari kalangan mereka, dewan pers pun ikut sariawan, lucunya salah satu yang di blokir itu ada portal darut tauhid milik aa gym, sejak kapan aa gym jadi orang radikal? Hallo ente mati rasa ya?

Mengapa standar ganda mereka selalu terapkan? Banyak faktor, salah satu yang paling menonjol adalah keinginan mereka untuk menghegomoni pemahaman demokrasi sesuai dengan yang mereka inginkan, pada ujungnya mereka dapat meraih kekuasaan dan menikmati secuil jabatan, posisi sekelas komisaris cukuplah membungkam mereka.

Demokrasi dalam pemahaman mereka cenderung liberal dan sangat alergi pada agama terutama islam, mereka begitu permisif pada nilai-nilai liberal ala barat, soal gay dan lesbian misalnya mereka membolehkan itu bagian dari hak asasi manusia, begitu juga dengan pelacuran, bagi mereka pelacuran adalah sebuah profesi biasa yang tidak perlu di berantas, buat mereka kampanye dampak aids adalah memberi kondom bukan menghilangkan pelacuran.

Mereka sangat anti dengan sikap keberagamaan yang formalistik mengacu pada praktek keberagaman yang utuh misalnya soal jilbab, mereka menganggap itu budaya arab bukan budaya islam, tidaklah wajib, perda berbau syariah langsung di tolak.

Jadi sudah ada benih- benih kebencian terhadap islam di dalam alam bawah sadar mereka, makanya mereka begitu membenci ulama yg berada di mui, karena kerapkali mui itu mengeluarkan fatwa yang sangat merugikan gerakan mereka. Fatwa tentang aliran sesat misalnya itu benar2 membuat mereka pening karena fatwa itu membuat umat punya pedoman mana ajaran yang benar dan menyimpang, buat mereka semua ajaran benar dan harus benar tidak ada yang salah.

Mereka sering teriak sok moralis, cinta damai dan anti kekerasan, namun dalam status mereka di sosmed, sangatlah bertolak belakang, kata2 isi toilet yang banyak digunakan ahok, sering mereka pakai, kalimat provokatif menjadi hal biasa, kekerasan verbal dengan begitu mudah mereka tulis, memberi label dengan sebutan kurang pantas pada lawannya seakan menjadi kebiasaan, memutar balikan fakta juga bisa.

Sayangnya dikalangan islam banyak yang terpengaruh cara berpikir mereka, ada yang menjadi pengikut setia kaum liberal, jadilah mereka sok liberal dari kaum liberal, sering nyinyir dan meremehkan gerakan islam, memandang remeh ulama dan ikut menghujat mereka yang ikut aksi damai.

Aksi bela islam yang mampu mengumpulkan massa ratusan ribu ummat, di gerakan dengan swadaya, di mobilisasi dengan sangat apik dan dibiayai secara swadaya merupakan sebuah prestasi besar gerakan massa di negeri ini, bisa jadi ini membuat membuat mereka tercengan dan iri hati, tidak pernah ada dalam sejarah modern negeri ini, ada massa demikian besar dikumpulkan, menyuarakan tuntutan yang sama, bahkan seorang Deny JA salah satu gembong liberal tidak bisa menyembubyikan rasa kagum terhadap gerakan massa aksi bela islam.

Berdampakah aksi bela islam? Sangat berdampak, pemerintah seperti kelimpungan, presiden sampai sowan ke Prabowo dan mengundang ulama ke istana untuk meredam umat, aparat sibuk dengan antisipasi dengan show of porce laksana perang, para pimpinan partai pendukung ahok membisu tak sanggup coment, pada akhirnya tekanan itu memaksa penerintah mempercepat proses hukum.

Pertarungan panjang antara kaum liberal dan islam dalam menafsirkan demokrasi akan terus berlangsung, sampai pada ujungnya bisa saja mencapai titik temu, namun buat yang pro liberal patut dicatat keunggulan mereka yang mampu menguasai media massa dan televisi sehingga bisa menciptakan opini dan mempengaruhi kebijakan negara, tidaklah berlangsung lama.

Media arus utama sudah mendekati alam kubur, seperti bangkrutnya taxi konvensional dengan berganti mode tranpotasi online uber, grab, gojek, masyarakat sudah mulai cerdas untuk tidak menelan mentah2 informasi yang di buat media utama yang seringkali isinya bias, media sosial sudah banyak menggantikan peran sumber informasi baru yang lebih akurat.

Mobilisasi gerakan pun senyap, lewat grup Wa, tele, path mereka bisa berkomunikasi dan saling bertukat informasi, counter isu sangat gampang dalam waktu sekian menit berita arus utama yang kategori sampah sudah bisa di netralisir.
Pasnabung cyber juga tidak efektif, sangat mudah terbaca dan akan bubar kalau sumber gizinya habis, satu lagi yang mereka lupa di balik gerakan islam ada satu ideologi kuat mengikat mereka dari yang maha tinggi yaitu Allah SWT.

Ahok yang demikian di puja dan digdaya bisa membuat legislatif, kpk, bpk kocar kacir, namun hanya oleh sepotong video dia menjadi paria penista islam, kuasa Allah turun, Tuhan Yang Maha Agung mengabulkan doa mereka yang teraniaya akibat mulut comel dan kebijakan ahok menggusur mereka dengan sadis, doa kaum teraniaya langsung di ijabah.

sulit buat presiden untuk melindungi ahok, walau mereka bisa saja merekayasa proses hukum yang menguntungkan ahok, namun cap penista islam tidak akan lenyap dari memori ummat yang sudah terlanjur marah, kalaupun ahok lolos dari proses hukum dia tidak akan bisa tidur tenang seperti salman rusdie yang menghilang seumur hidup di inggris sana, sementara ahok hidup ditengah ratusan juta umat islam, bisa jadi tiap malam dia mengalami mimpi buruk, bohong sekali kalau ahok sok kuat, di tekan satu orang saja kita sudah pening, apalagi di tekan ratusan ribu orang pasti mumetlah.

Selasa, 01 November 2016

Publikasi Sedekah di Medsos Riya?




Sejak ada media sosial, kegiatan sedekah menjadi berbeda, banyak para penggiat sedekah mengajak donasi, mengumpulkan dana dan melaporkan kegiatannya dengan cara posting   lewat status maupun photo-photo kegiatannya di dunia maya.


Kegiatan sedekah pun menjadi lebih berwarna, kalau dulu sedekah itu di kordinir di tingkat wilayah, dengan organisasi formal seperti, RT,RW, masjid, yasasan sebagai pelaksananya,  penggiatnya datang ke rumah-rumah dengan mengajukan list atau menunggu di tempat, daya jangkaunya sempit, laporan kegiatannya cukup terbatas di umumkan di dinding masjid atau kantor RW.


Kini kegiatan sedekah  banyak berbasis komunitas,  lintas wilayah, etnis,  juga agama, pola  publikasi dan pengumpulan dana juga berbeda,banyak yang di infokan di grup wa, tele, line atau medsos, bisa berbentuk gambar atau kata, yang minat bantu bisa langsung transfer ke rekening bank, praktis dan ekonomis. Daya jangkaunya luas, publikasi cepat dan gampang, cukup di muat di status medos.informasi menyebar.


Ada kegiatan sedekah  insidentil ada juga rutin, yang insidentil misalnya santunan ramadhan, bantuan bencana, bisa juga bantuan untuk teman komunitas yang tertimpa musibah. Sedangkan yang rutin misalnya ada ibu-ibu komunitas tertentu setiap jumat mengadakan sedekah nasi ke masjid2, panti asuhan dan rumah sakit, mereka secara rutin membagi nasi bungkus setiap hari tertentu (biasanya hari jumat) kepada masyarakat umum, dananya ririungan dari teman2 komunitas atau pihak luar, jumlah nasi yang mereka sebar tergantung dana yang masuk setiap minggu.


Komunitas sangat berbeda dengan organisasi formal, organisasi formal berbasis dunia nyata punya anggota tercatat jelas, struktur organisasi ketat dan juga punya aturan organisasi seperti ad/art. Komunitas lebih longgar, mereka terbentuk bisa berdasarkan hobi, kerjaan, bisnis, tidak ada ad/art, struktur oeganisasi juga simple.
Saat ini komunitas banyak terbentuk karena aktivitas di dunia maya, mereka saling berinteraksi dan kenalan lewat grup-grup bbm, wa, tele dan fb. Banyak diantara mereka sebelumnya tidak saling kenal dan  tidak saling bertemu secara fisik, sesekali bisa ketemu fisik saat acara tertentu seperti kopi darat atau seminar, suasana pergaulannya sangat cair.


Nah menjadi pertanyaan,  Publikasi kegiatan sedekah termsuk riya kah? Segala sesuata kata Nabi bergantung pada niatnya, kalau niat publis untuk mengajak orang ikut membantu atau melaporkan kegiatan kepada donatur, itu sangat bagus, fastabikul khairot  mengajak orang berlomba-lomba dalam kebaikan dan juga untuk pertanggung jawaban pada donatur bahwa dana yang di sumbangkan telah disalurkan kepada yang berhak menerimanya.


Lantas kalau niatnya untuk pamer gimana? Itu yang salah, riya bisa menghilangkan pahala amal kita, tapi riya itu kan soal hati susah ditebak, kita tidak bisa menuduh orang berbuat baik dengan dengan mempublish di medsos dengan cap cap yang salah. Sikap terbaik kita terhadap kegiatan sedekah di medsos, seharusnya positif thingking, dukung dan support mereka yang mendedikasikan diri menjalankan kegiatan sedekah, bantu dengan materi jika ada limpahan rejeki, doakan para pejuang sedekah untuk istiqomah  menjalankan tugasnya.


Jangan nyinyir, coment atau mencemooh, apalagi memberi cap mereka riya- istigfar astagfirulloh hal adzim - sudah tidak membantu, memberi tuduhan mereka yang berbuat baik dengan cap yang tidak pantas, bercerminlah apakah kita punya kemauan dan kekuatan melakukan kegiatan seperti yang di lakukan para pejuang sedekah.


Bayangkan mereka meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk mengerjakan sesuatu yang secara materi tidak menguntungkan, mereka rela memasak nasi lengkap dengan lauknya, membungkus dan mengantarkan kepada yang berhak menerimanya, mereka adalah para malaikat duafa yang di tunggu orang pinggiran yang hanya untuk membeli sebungkus nasi saja tidak mampu. Lalu setelah mereka melakukan itu, kita dengan pongahnya bilang ah mereka itu riya, sekali lagi istigfar mohon ampun pada allah, mudah-mudahan orang nyinyir ini di beri hidayah.


Saya mengenal beberapa pejuang sedekah nasi, mereka sebagian besar emak2 mandiri,  punya bisnis ada juga  pekerja mapan, kalau pengen hidup enak dan tidak peduli pada sesama mereka bisa, tapi mereka manusia yang "menyimpang", mereka mempelopori sedekah, action nyata dan mengajak kawan2nya untuk ikut peduli, jadilah mereka pejuang sedekah hebat,mungkin nilainya kecil tapi semangat berbaginya harus kita apresiasi.


Bukan hanya itu mereka cepat tanggap saat bencana, sewaktu kabut asap melanda negeri ini, mereka mempelopori sedekah oksigen, mereka mengajak masyarakat membantu oksigem dalam bentuk kaleng untuk menjaga kesehatan masyarakat yang terkepung asap.


Disaat yang lain menyalahkan pemerintah, mereka action mengumpulkan sesuatu yang layak di berikan kepada saudara-saudara kita nun jauh disana. Para pejuang sedekah ini banyak kolaborasi dengan komunitas2 lain, saat bencana garut melanda beberapa waktu lalu,  lintas komunitas bahu membahu mengumpulkan sedekah, sangat efektif karena dilakukan secara spontan, dana besar bisa didapat dan disalurkan.


Sedekah lewat medsos adalah bentuk kreatif masyarakat  memanfaat kan media sosial untuk hal positif, media sosial kalau tidak disikapi secara bijak banyak sisi mudhorotnya, bercanda, gosip, curhat, bahkan saling serang sering terjadi, ketimbang sibuk ngegosip lebih baik sedekah.


Salam hormat saya untuk para pejuang sedekah, terus lah membantu, jangan pernah putus asa, abaikan suara-suara miring, karena mereka yang bersuara miring itu hati dan pikirannya juga miring, mereka duafa empati,  suatu saat, mereka patut di sedekahkan empati biar hatinya terbuka.


)* Note Tulisan ini terinspirasi dari sebuah status seorang pejuang edekah