Arsip Blog

Rabu, 25 Juli 2018

Media Netral


Jangan berpikir berita dari sebuah media merupalan kebenaran mutlak, media utama saat ini banyak yang tidak netral, mereka banyak yang berpihak, bisa berpihak kepada partai, cukong dan penguasa.

Sebuah peristiwa atau kasus buruk jika dipoles dengan "pembenaran" pada akhirnya akan menjadi berita baik, tanpa cek dan ricek banyak yang termakan dengan polesan citra media, orang buruk bisa menjadi baik karena ulah media.

Contoh paling gamblang adalah Ahok, tutur katanya sangat menyakitkan, ketus, sering mengeluarkan kata-kata kotor sampai sumpah serapah, setengah abad usia saya, tidak pernah ketemu pemimpin kelakuannya seperti Ahok.

Tapi oleh media dan juga pendukungnya Ahok dipoles sedemikian rupa dengan kata-karta puja puji, katanya ; Ahok keras pada penyelewengan sangat anti korupsi, Lebih baik kata-kata kotor daripada korupsi, Ahok laksana dewa yang tidak punya salah dan cela.

Coba telaah lebih dalam makna puja-puji itu, satu saja kita pikir dengan logika sehat, lebih baik kata-kata kotor ketimbang jadi koruptor! banyak kok pejabat yang tidak korupsi tutur katanya lembut dan tidak kotor

Kalau anti korupsi mulutnya kotor seperti Ahok alangkah ributnya negeri ini, anak cucu kita bakalan menyaksikan riuahnya negeri tanpa etika, dengan umpatan isi wc membahana.

Sekarang pun pendukungnya mencoba mencari sela buat mengkerdilkan Gubernur sekarang, dibantu media yang memang tidak netral, begitu ada cela sedikit langsung ramai jagad pemberitaan

- Pribumi Ribut
- Tanah Abang Ramai
- Rumah DP nol persen Riweh
- Pohon bunga Sintetis Riuh
- Bendera bambu sewot
- Ada banjir bilang gabener
- Pejabat Dicopot marah
- Kali diutup jaring di bilang tidak kreatif
- Halte Bis katanya aneh

kata mereka zaman Ahok Jakarta sudah hebat, Gubernur sekarang tidak bisa sehebat Ahok, hahaha tetep aja dia menghayal tinggi, tidak bisa move on.

Padahal yang mereka ributkan di zaman junjungannya pernah terjadi, seperti kasus pejabat di copot atau dirotasi, itu mah peristiwa biasa, siapa sih gubernur di Indonesia yang tidak pernah mencopot bawahannya?

Setiap gubernur mah sering melakukan, itu memang salah satu wewenang gubernur merotasi dan memberhentikan bawahannya, cuma dulu sepi tidak ada yang ngeributin baru di era Anies sekarang rame, semua gara-gara media yg menghamba pada cukong dan kekuasaan serta pendukungnya yang belum juga move on

Mereka dulu ribut soal SARA, bahwa kemenangan Anies Sandi diperoleh dengan memainkan isu SARA, lah faktanya media luar negeri yang tidak terkontaminasi cukong, memberitakan bahwa Ahok dengan timnya malah menciptakan tim buzzer melawan Anis Sandi dengan memainkan isu SARA.

saya kutip sedikit isi berita "Sebut saja Alex (nama samaran) mengklaim bahwa dia dan timnya memang bekerja untuk menyebarkan fitnah, kebencian, dan SARA dengan tujuan menyerang lawan Ahok atau siapa saja yang berseberangan dengan mereka"

Herannya berita yang sangat bagus ini tidak dikutip media utama indonesia, Detik, Tempo, Kompas, Media Indonesia, nah bisa ketebak kan ada apa?

Kelak akan kita temui ribuan masalah yang akan selalu di nyinyirin mereka, hingga ujungnya tiada suatu kebaikan atau prestasi Anies yg bener, semua salah, kalau semua hal disalahkan itulah ciri orang stres.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar