Arsip Blog

Senin, 15 Januari 2018

Pasar Rawa Kalong


Lebih dari dua puluh tahun, Pasar Rawa Kalong jadi tempat belanja keluarga saya, setiap saat jika ada kesempatan saya mengantar istri belanja untuk kebutuhan keluarga, sejak buka usaha Bandeng Rorod intensitas ke Pasar Rawa Kalong nyaris setiap hari, semua kebutuhan bahan beli disana, mulai dari sayuran, telor, cabai/bawang, bumbu hingga plastik sehingga alhamdulillah saya sudah memiliki toko langganan belanja di Pasar Rawa Kalong.

Pagi ini setelah dua hari terbakar, saya mengunjungi sekaligus belanja di pasar rawa kalong, saya berupaya mencari toko-toko langganan saya, sungguh tragis, nyaris semua dagangannya ludes, tukang tahu langganan saya menuturkan tiga frezernya hangus, semua dagangan kebakar, tukang sembako juga demikian baru habis belanja barang, semua disimpan di pasar juga lenyap kemakan api, yang membuat saya lebih miris, banyak diantara korban saling bersaudara berjualan disana ada ortu, anak, adik-kaka- sepupu dll. tidak ada yang tersisa dari tokonya hanya badan yang melekat.

Saya menyaksikan wajah-wajah duka para pedagang namun tetap tegar, baru dua hari tempat jualannya terbakar, mereka sudah jualan dengan sarana seadanya, para pelanggan setia termasuk saya datang bukan sekedar belanja tapi untuk menyampaikan keprihatinan, menguatkan dan mendoakan agar tabah dalam menghadapi musibah, ada pelanggan menangis terharu menyaksikan kepedihan mereka.

Suasana seperti ini tidak akan kita temukan di pasar modern, ikatan batin pembeli dan penjual di pasar tradisional memang kuat, nuansa humanisme terbentuk sangat bagus, interaksi sosial selalu terbangun dengan saling membantu, masih ada suasana tawar menawar harga dan kalau sudah dipercaya bisa hutang, terkadang saat belanja diantara mereka saling humor, berteriak, setel lagu dangdut, joged-joged dan kita tertawa semua.

Satu hal yang pasti mereka para pedagang tradisonal ini bener-bener pebisnis sejati, berjuang dari nol, jarang dapat fasilitas dari pemerintah, tidak pernah ngemplang utang apalagi kolusi dengan pejabat menggasak uang negara, tidak ada istilah tax amesti pada mereka, tidak dapat fasilitas perijinan, sampai kemudahan pinjaman di bank, ketika mereka terkena musibah tidak ada asuransi yang menanggung, musibah ini membuat mereka jatuh ketitik nol bahkan minus, tapi saya yakin mereka tegar, mereka mampu bangkit kembali

Saya tidak bisa membantu mereka secara materi, hanya doa yang bisa saya haturkan semoga mereka kuat menghadapi musibah ini dan bangkit lagi, mungkin hanya satu yang bisa kita lakukan bersama yaitu kita kembali belanja di pasar tradisional, disanalah wajah bangsa kira berada, persaudaraan, keramah tamahan dan beceknya pasar tanpa pendingin ruangan, mengingatkan kita bahwa bangsa ini perlu mencintai produk sendiri dan itu banyak berada di pasar tradisional

Tidak ada komentar:

Posting Komentar