Arsip Blog

Jumat, 21 April 2017

Perempuan-Perempuan Tangguh

Sejak beberapa tahun terakhir saya didaulat menjadi Ketua UMKM Makanan dan Minuman (Mamin) Kota Bekasi, sebagian besar anggotanya adalah ibu-ibu, saya juga bergabung dengan beberapa komunitas bisnis, juga ternyata anggotanya banyak perempuan dan mahmud (mamah muda), saya ingin bercerita kehebatan mereka di hari Kartini 21 April 2017.
Berinteraksi dengan mereka membuat saya terkagum-kagum, mereka perempuan-Perempuan tangguh yang menjadi salah satu penopang ekonomi keluarga, ada yang single parent karena ditinggal suami, ada yang menyalurkan hoby sambil mengais rejeki, ada yang diawal kurang didukung suami, namun ketika sukses justru suaminya ikut terjun, ada juga sedari awal memang seiring sejalan dengan pasangan mengelola usaha, bahkan ada yang memang menjadi pelaku tunggal penopang ekonomi keluarga.

Ada diantara mereka yang cacat secara fisik, tapi itu bukan halangan untuk maju, mereka tetap menjadi pebisnis tangguh dengan keterbatasan yang dimiliki, bahkan yang cacat fisik ini bisa mengajak orang lain yang punya kendala yang sama untuk ikut berbisnis

Jangan anda kira mereka berpendidikan rendah, banyak di antaranya sarjana bahkan S2, sebelum terjun wirausaha, saat masih single mereka ada yang bekerja pada posisi strategis, sekelas manajer, sekretaris, pramugari dll namun karena panggilan keluarga mereka resign "menjaga rumah" mengasuh anak, disela kesibukan itulah mereka eksis membangun usaha.

Saya kerap terbengong-bengong saat berkumpul dengan mereka, saat buka lapak mereka dengan sigap membawa perangkat dengan menyopir sendiri, mengangkat barang yang bejibun sendiri dan dengan sabar menunggu rezeki, padahal dimalam hari mereka bergadang memproduksi barang yang di jual esok hari, juga bergadang melayani suami ha..ha..ha...

Tiada kata lelah dan keluh kesah dari mereka, dengan ikhlas mereka menjalankan perang yang mungkin seharusnya bukan kewajiban mereka, seperti - menjadi tulang punggung ekonomi keluarga - padahal itu kewajiban kepala rumah tangga, tapi para emak-emak multi talenta ini dengan ikhlas menjalankan peran multi talentanya

Jangan dikira diantara mereka tidak ada yang sukses, ada yang tekun mengelola usaha hingga omzetnya milyaran, assetnya melimpah dan jumlah karyawannya ratusan. Asyiknya walaupun usahanya sudah besar mereka masih mau berbagi, masih mau sharing.

Mereka ini mandiri secara ekonomi, solidaritas mereka kuat jika ada diantara teman terkena musibah dengan sigap mereka membantu, begitu juga dengan kegiatan sosial keagamaan mereka pasti siap berpartisipasi, tatkala disuatu daerah terkena bencana, saya mengetuk mereka untuk membantu hanya dalam waktu singkat dana terkumpul.

Mereka juga haus ilmu, akan dengan cepat mereka ikut pelatihan jika ada materi bisnis yang menarik jangan ente pikir gratisan, berbayar pun mereka mau.

Terkenang saya beberapa tahun lalu waktu jadi aktivis partai, banyak anak muda yang pinter ilmu, bergelar sarjana, fisik masih mumpuni, kalau omong tentang negara hebat, bergabung dalam partai namun tidak punya kemandirian secara finansial, akhirnya mereka menjadi aktivis yang mudah terbeli, tidak punya idealisme dan sikut-sikutan berebut uang recehan, aktivis partai ini kalah jauh dengan emak-emak dalam mencari uang.

Ada juga anak muda asli kampung saya, mengeluh dengan berkata "daerah kita kawasan industri, tapi orang kampungnya sendiri tidak bisa kerja di kawasan industri". Anak muda ini berpikir nyari rejeki cumen di pabrik menjadi buruh, tiada upaya untuk mandiri menciptakan lapangan kerja sendiri.

Para aktivis partai dan anak muda itu harusnya belajar dengan emak-emak tangguh ini, kemandirian finansial itu penting, dengan mandiri finansial anda bisa menjadi orang merdeka yang bisa menyuarakan nurani tanpa terbebani ketakutakan akan terputus finansial.

Di hari Kartini kita patut memberi apresiasi kepada emak-emak tangguh ini, mereka melebihi Kartini yang berjuang cuma lewat surat-menyurat, emak- emak ini adalah orang lapangan yang setiap hari bergumul dengan kerasnya persaingan bisnis demi menopang ekonomi keluarga, mereka mungkin jarang memakai kebaya di hari Kartini, namun mereka bisa membeli puluhan kebaya dari hasil jerih payah sendiri.

Selamat hari Kartini
Salam Hormat Saya Kepada
Perempuan-perempuan tangguh

Tidak ada komentar:

Posting Komentar