Arsip Blog

Sabtu, 28 Januari 2017

Debat


Debat adalah hal lumrah bagi yang suka kegiatan intelektual dan berorganisasi, debat itu maknanya mendiskusikan masalah secara terbuka, sehingga tercipta suatu solusi bersama, jadi istilah keren kaum intelektual, suatu masalah (tesis) dilawan dengan anti tesis menghasilkan sintesis.

Tapi benarkah debat di negeri ini menciptakan solusi? Faktanya alih alih mencari solusi, debat justru berubah menjadi ajang merasa paling benar sendiri dan menciptakan perpecahan, karena peserta debat kekeuh dengan keyakinannya, lebih parah lagi tokoh yg sedang berdebat punya pengikut, nah para pengikut ini lebih militan daripada sang tokoh, sehingga apapun yang dikatakan tokoh pasti benar dan yang dikatakan lawan tokoh pasti salah.

Ada anekdot, orang Amerika ke bulan pakai apollo, orang Indonesia pakai seminar, jadi orang Amerika diskusi bagaimana cara terbang ke bulan, mereka diskusi dan sepakat menghasilkan solusi membuat pesawat apollo lalu action

Nah orang indonesia diskusi mau ke bulan, diskusi Bukan menghasilkan solusi, malah menciptakan masalah baru, terus masalah itu di diskusikan lagi, kagak kelar-kelar, terus diskusi lagi, akhirnya setelah diskusi bertahun-tahun orang Indonesia bisa ke bulan dengan diskusi, kok bisa? Ya bisa,diskusi berbulan-bulan menghasilkan makalah ribuan lembar, nah makalah itu kalau di jejer akhirnya sampai ke bulan.

Debat sesuatu yang baru di bumi Indonesia, debat diadakan atas saran para intelektual dalam memilih pemimpin negeri ini, konon kabarnya dengan debat kita bisa lebih menggali lebih dalam tentang visi dan misi seorang calon pemimpin, sehingga kita tidak memilih pemimpin seperti kucing dalam karung,

adakah korelasi antara jago debat dengan keterpilihan seseorang? Jawabnya tidak, karena orang Indonesia pada dasarnya tidak suka debat, cobalah hadir pada suatu kegiatan warga semisal musrembang sebuah forum dimana warga diminta saran dan usul untuk kemajuan pembangunan. Adakah disana terjadi debat atau diskusi? Jawabnya tidak, jangankan debat, sekedar usul dan saran saja tidak ada, warga lebih banyak diam, mereka pendengar yang sangat baik, sambil menyantap hidangan yang disediakan.

Ketua PDIP Megawati tidak suka debat, ketika pertama kali ada usul calon presiden harus berdebat, Megawati termasuk salah satu orang yang keberatan, namun megawati dan partainya tetap jadi pemenang pemilu di negeri ini.

Kalau anda pernah hadir dalam sebuah forum birokrasi, yang membahas rancangan sebuah kegiatan, sangat jarang terjadi debat, semua diam, semua manut mengikuti arahan pimpinan, sekali anda debat pimpinan, mutasi menanti.

Kenapa rakyat tidak suka debat? Karena dalam sistem pendidikan di negeri ini rakyat diajarkan untuk tidak boleh berdebat, di sekolah guru adalah penguasa, omongan guru adalah sabda yang tidak bisa di langgar, guru adalah sumber kebenaran, mendebat guru adalah sebuah kesalahan dan haram dilakukan, hal yang sama juga terjadi di perguruan tinggi, dosen adalah maha benar.

Dunia persemaian kaum intelektual sekolah dan perguruan tinggi saja melarang debat, bagaimana mungkin outputnya menghasilkan lulusan yg kritis dan pandai berdebat? Debat akan menghasilkan solusi yang baik apabila dunia pebdidikan kita dibenahi.

Jadi debat di negeri ini hanya sekedar bumbu demokrasi seperti sasa dan miwon, tanpa penyedap makanan sebuah hidangan bisa dimakan, apalagi negeri ini kaya dengan rempah, micin bisa diganti dengan rempah rasa Indonesia yang melimpah.

Nah kalau anda berpikir debat itu akan merubah pilihan orang, membuat orang cepet jatuh cinta dengan mendengar omongan para paslon yang sering isinya cuma omong kosong, anda sedang bermimpi, yuk bangun dari mimpi, ayo yang punya bisnis segera bisnis hari ini

Gelar sarjana itu penting
Gelar dagangan jauh lebih penting

Tidak ada komentar:

Posting Komentar