Arsip Blog

Kamis, 01 Maret 2018

Miskin



Menjadi miskin di zaman now ini makin susah, dulu kaum marginal ketika di gusur tempat tinggalnya banyak orang dan media yang prihatin dan memberikan empati, sekarang ketika rakyat miskin di gusur mereka malah mendapat bully dianggap merambah tanah negara, pemalas, tidak tahu diuntung, layak untuk disingkirkan.

Ada dua teori tentang kemiskinan, kultural dan struktural, kemiskinan kulutural disebabkan karena budaya miskin itu melekat pada diri orang miskin, sifat pemalas, minim daya juang, pendidikan kurang, menyebabkan orang menjadi miskin, singkatnya miskin kultural penyebabnya menyalahkan si miskin.

Miskin struktural disebabkan struktur negara yan tidak berpihak kepada orang miskin, sebagai contoh buruh tetap menjadi miskin karena struktur negara memelihara rezim upah murah sebagai unggulan daya saing, upah buruh ditekan sedemikian murah untuk menjadi daya tarik investor menanam modal di negeri ini.

Begitu juga dengan kaum miskin kota yang karena kemiskinannya tinggal di bantaran kali milik negara, maka layak untuk disingkirkan, lalu di ciptakan upaya memanusiawikan mereka, di pindahkan di rumah susun sewa yang layak huni, difasilitasi sarananya, tapi mereka tinggal jauh dari tempat mata pencaharian, yang lebih mengenaskan mereka diminta sewa seumur hidup.

Adakah miskin kultural? Rasanya tidak mungkin ada, orang miskin sejatinya pekerja keras, kreatif dan tidak pernah di subsidi negara, kalau tidak kerja keras mereka tidak makan, dengan modal seadanya tanpa subsidi dan fasilitas mereka mampu menciptakan lapangan kerja mandiri menjadi kuli panggul, tukang parkir, narik becak, ojek sampai jualan asongan dan kaki lima.

Jadi sesungguhnya kemiskinan di negeri ini lebih banyak akibat struktur negara yang tidak berpihak pada rakyat miskin, mereka kebanyakan tidak punya akses kepada lembaga permodalan jika mau usaha, tidak punya legalitas kependudukan ketika akan mengakses berbagai fasilitas dan bantuan dari pemerintah.

kepemilikan rumah sebagai kebutuhan dasar selayaknya diupayakan negara dengan memberi subsidi besar kepada rakyat kecil, sebagai contoh pemerintah bisa mensubsidi rusunawa dengan memberi discount atau dibebaskan sama sekali mereka yg akan direlokasi, dalam kurun waktu tertentu misalnya selama dua tahun sampai lima tahun

Dalam kurun waktu tersebut mereka bisa memperbaiki ekonomi, untuk lebih kuat, sehingga pada ujungnya mampu meningkatkan kemampuan ekonomi untuk memiliki rumah.

Paling penting adalah cara pandang kita terhadap kemiskinan janganlah berubah, apalagi karena politik, mereka memang layak di bantu, bukan mencemooh atau menbully, di medsos akibat dukungan terhadap tokoh tertentu si miskin menjadi terbully.

Banyak sekali kalimat menyakitkan dilontarkan para pendukung calon tertentu ketika jagoannya dengan kasar mengusir si miskin dari tempat tinggalnya dengan membawa ratusan polisi dan tentara, padahal sejatinya berdasarkan UUD 45 orang miskin itu menjadi tanggung jawab negara.

Mari menjadi kaya hati dengan memberi empati pada si miskin, jika tidak mampu membantu dalam bentuk nyata, minimal memberikan rasa simpati kepada mereka yang termarginalkan.
Renungan pagi
Sambil sruput teh manis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar