Arsip Blog

Kamis, 16 Agustus 2018

Bisnis dan Politik

Sesekali nulis panjang dan serius ah, Menurut teori hirarki kebutuhan Abraham Maslow, semakin tinggi kemampuan ekonomi seseorang, maka tingkat kebutuhannya berbeda.

Tatkala seorang pebisnis baru merintis usaha, rumah masih ngontrak, pendapatan pas-pasan, kendaraan belum punya, hidup prihatin, maka kebutuhan dasar yang di perlukan hanyalah sandang, pangan dan pangan, itulah kebutuhan dasar yang menurut Maslow disebut kebutuhan fisiologi.


Ketika Keadaan ekonomi semakin meningkat, semua sudah dimiliki, kebutuhan dasar ok, mulailah seseorang menaikan kebutuhannya, menurut Maslow tingkatannya setelah kebutuhan dasar adalah kebutuhan rasa aman, kebutuhan kasih sayang, kebutuhan penghargaan.



Hingga puncaknya yaitu kebutuhan aktualisasi diri yaitu suatu kebutuhan untuk membuktikan dan menunjukan dirinya kepada orang lain. Pada tahap ini, seseorang mengembangkan semaksimal mungkin segala potensi yang dimilikinya.


Kebutuhan aktualisasi diri salah satunya bisa berbentuk kekuasaan atau memegang jabatan di pemerintahan, dalam alam demokrasi sekarang ini, kekuasaan bisa di peroleh dengan cara mengikuti kompetisi dalam merebut kekuasaan di legislatif atau eksekutif melalui pemilu.



Jadi menurut Maslow syahwat berkuasa pada dasarnya ada pada setiap orang, terlebih para pebisnis yang biasa memimpin banyak orang, sangat mustahil tidak punya libido politik, cuma mungkin tingkat libidonya bertingkat dari yang kecil sampai yang besar.



Maka tidak heran saat ini banyak pebisnis yang terjun ke politik, mulai dari Presiden Jokowi, Ketua DPR Bangsoet, Wakil Gubernur DKI Sandiaga Uno, hingga di negeri Uncle Sam seperti Trump adalah contoh pebisnis yang terjun ke politik.



Mereka sudah sampai pada tahapan aktualusasi diri, kebutuhan hidupnya sudah tercukupi, mapan, tanpa tergantung dengan pihak lain, tak heran kalau Sandiaga Uno berani tidak mengambil gajinya sebagai Wakil Gubernur untuk disumbangkan ke pihak lain, gaji Wagub itu mah kecil.



Bisa jadi cepat atau lambat seorang pebisnis dalam rangka memenuhi kebutuhan aktualisasi dirinya terjun kedunia politik, caranya bisa merintis karir politik seiring sejalan dengan pertumbuhan bisnis atau menggerakan bisnisnya dulu ketika sudah mapan baru terjun ke dunia politik.



Jadi bisnis dan politik pada dasarnya bisa seiring sejalan atau bisa menjadi batu loncatan merebut kekuasaan manakala bisnis sudah mapan.



Nah kalau sekarang ada pebisnis yang menjauhi politik, bukan berarti suatu saat dia tidak terjun kepolitik, bisa jadi dia memperkuat dulu struktur bisnisnya ketika sudah mapan ikutan berpolitik atau mungkin saat ini masih takut-takut untuk berpolitik karena bisnisnya sedang bersentuhan dengan kekuasaan sehingga riweh menunjukan jati diri



Seperti Sandiaga Uno, dari dulu tidak terdengar kiprahnya di politik, pada akhirnya terjun di politik, ikut kompetisi di DKI akhirnya menang dan menjabat Wakil Gubernur DKI Jakarta.



Kini Sandi menaikan level kekuasaan dari Wakil Gubernur ke Wakil Presiden, bagi politisi kelas teri, melepas kekuasaan yg sudah dipegang baru sesaat, terus mundur untuk menaikan level akan sangat sulit dilakukan.



Namun bagi seorang Sandi teramat mudah melepas kekuasaan yang sudah di genggamnya dengan susah payah, untuk menaikan level ke lebih tinggi, sama persis dengan Jokowi melepas Jabatan bergengsi Gubernur DKI untuk menjadi presiden.



Itulah kelebihan tipologi pemimpin berlatar belakang bisnis berani membuat keputusan besar untuk kepentingan yang lebih besar, mereka berani berjudi dengan nasib untuk mengejar cita-cita yang jauh lebih tinggi.



Kalau anda pebisnis sukses, sampai hari ini belum terjun ke politik, berarti menurut Maslow tahapan kebutuhan anda masih level rendah, belum sampai level puncak Aktualisasi diri seperti Sandiaga Uno hehehe

Bravo Mas Sandi
semoga cita-citanya tercapai

Tidak ada komentar:

Posting Komentar