Arsip Blog

Kamis, 01 Desember 2016

Popularitas dan elektabilitas


Dimusim pilkada ini kita sangat akrab dengan dua kata ini popularitas dan elektabilitas, maksudnya apa sih? Popularitas artinya tingkat keterkenalan seseorang di mata publik sedangkan elektabilitas artinya tingkat keterpilihan seseorang atau partai di mata publik.

Elektabilitas partai tinggi berarti tingkat keterpilihan partai dimata publik tinggi.untuk bisa meraih elektibilitas tinggi, tentu harus punya tingkat popularitas yang tinggi, karena untuk dipilih seseorang harus dikenal dan populer terlebih dahulu.

Tetapi belum tentu yang populer dan terkenal bisa mendapat elektabilitas tinggi, karena yang populer belum pasti mendapat apresiasi dari masyarakat, karena bisa jadi yg populer itu tidak masuk dalam kriteria yg di inginkan di masyarakat.

Sebagai contoh tukul arwana punya popularitas tinggi, semua orang pasti mengenal tukul sebagai host dan pelawak yang kerap tampil di televisi, misalkan tukul mencalonkan diri jadi gubernur jawa barat, akankah tingkat elektabilitasnya tinggi? Maukah rakyat jawa barat memilih tukul jadi gubernur? Saya yakin orang jawa barat tidak bakal milih tukul jadi gubernur jawa barat, apa kata dunia kalau negeri parahiyangan itu dipimpin pelawak? Ditambah lagi tukul orang jawa, sementara jawa barat sebagian besar suku sunda, sulit rasanya orang sunda mau memilih orang jawa sebagai gubernur di wilayahnya

Dari semua hasil lembaga survei yg dirilis, tingkat popularitasnya ahok sangat tinggi dibanding calon gubernur dki yang lain, semua rakyat dki mengenalnya, ini sangat masuk akal, karena ahok incumbent dan sering masuk berita, sementara anies walaupun sebelumnya sudah populer sebagai mantan menteri pendidikan, baru deklarasi pilgub pas pendaftaran, agus lebih parah tidak dikenal dan tidak di perhitungkan.

Setelah kasus penistaan agama, popularitas ahok menasional bahkan mendunia, semua media secara massif memberitakan, semua rakyat indonesia tahu, terlebih umat islam pasti mengenal ahok, namun keterkenalan ahok bukan dalam citra positif.

Rakyat jakarta juga hapal dengan nama ahok, bisa jadi popularitasnya kini lebih tinggi dari tukul arwana, tapi kenalnya rakyat jakarta kini bertambah dari citra ahok yang konon kabarnya kinerjanya bagus, menjadi kenal ahok sebagai penista al-quran.

Tidak heran dari release lembaga survei Poltracking Indonesia terbaru mempublikasikan tingkat popularitas ahok hebat 94,8 persen, tapi elektabilitasnya terjun bebas hingga tersisa hanya 22 persen, kenapa kok bisa terjun bebas elektabilitas ahok? Salah satunya rakyat jakarta sebanyak 62 persen percaya ahok telah menistakan agama, jadi disini popularitas ahok berbanding terbalik dengan elektabilitasnya.

Berita tempo menyatakan ahok tidak bisa menutupin rasa kecewanya, sambil membela diri laksana siaran ulangan di televisi, bahwa ahok tidak pernah punya niat menistakan quran.

Mereka tidak mau memilih pemimpin kafir. Padahal saya ini bukan calon pemimpin, tapi pelayan Bapak-bapak dan Ibu-ibu," kata Ahok berkampanye.

Apabila besok jutaan ummat islam tumpah ruah ke jakarta melakukan aksi super damai 3 menuntut ahok ditahan, secara luas diberitakan dan di ekspos media sosial, bisa jadi popularitas ahok semakin tinggi dengan gelar penista agama dan elektabilitas ahok semakin anjlok.

Sekarang ini ahok dan pengikutnya masih sangat pd rakyat jakarta akan memilih duet ahok-jarot karena kinerjanya dianggap kinclong, dukungan media utama juga masih tinggi keberpihakan pada ahok, namun rakyat jakarta bukan sekumpulan orang bodoh yg mudah di ninabobokan pemberitaan media, mereka paham ada yg salah pada ahok sehingga masyarakat luas sangat marah padanya, walhasil jika tekanan aksi bela islam kuat, lantas ahok ditahan, maka era ahok wassalam.

semoga doa kita semua besok diijabah alloh, segala daya dan upaya sudah kita lakukan, insya allah dan pasti allah akan mengijabah doa kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar