Tulisan ini terinspirasi dari buku Buya Hamka Ayahku, ya..kalau Buya menulis dalam buku tebal, Aku cukup di dinding fb ku, aku ingin bercerita tentang orang tuaku, bukan untuk takabur tapi untuk jadi pengingat aku pribadi.
Orang tuaku di beri amanah oleh Kakek untuk membangun sebuah Madrasah di lahan bekas empang, karena Madrasah lama telah berubah wujud jadi sekolah negeri.
Sebagai PNS dengan kemampuan finansial terbatas rasanya sulit mewujudkan keinginan itu, biaya yang dibutuhkan untuk mengurug empang sampai membangun bisa mencapai milyaran rupiah, tapi Bapak menjalankan amanah itu dengan sabar dan istiqomah.
Selama lebih dari tiga puluh tahun Bapak-ku mengemban amanah itu dengan sungguh-sungguh, berbagai cara mencari dana guna mewujudkan amanah Kakek dilakukan, mulai dari kirim proposal ke berbagai pihak, mendatangi dermawan, sampai menjadi calo tanah. Seumur2 Bapak-ku tidak pernah mengeluh menjalankan amanah Kakek, semua dijalani dengan ikhlas dan kesadaran penuh bahwa amanah orang tua itu sesungguhnya amanah ummat juga.
Berlahan namun pasti bangunan itu berwujud, mulailah dibuka Lembaga Pendidikan Islam, dimulai dari Rhadatul Atfhal/TK Baitul Muttaqin, kemudian Madrasah Ibtidaiyah Baitul Muttaqin hinggal MDA Baitul Muttaqin.
Sampai memasuki pensiun dari PNS Bapak-ku tetap memikirkan madrasah itu, hingga suatu ketika Bapak, mengajak aku diskusi tentang Madrasah, dia memikirkan masa depan pembangunan gedung, karena hingga pensiun masih tiga lokal lagi belum selesai
Usia yg sudah memasuki sepuh, akses yg mulai terbatas karena tidak punya jabatan lagi, mengakibatkan aliran donasi terhenti sama sekali, sementara disisi lain pendapatan Madrasah hanya cukup untuk operasional, itupun terkandang nombok, hingga tiga tahun sejak Bapak pensiun pembangunan Madrasah terhenti.
Singkat cerita tahun 2002 Sekolah Menengah Kejuruan dengan nama SMK Mandiri didirikan, agar fokus dan all out mengelola lembaga pendidikan, bisnis percetakan yang aku geluti selama 10 tahun ditutup, semua daya dan upaya aku lakukan untuk membesarkan bayi baru bernama SMK Mandiri.
Akhirnya SMK Mandiri sukses berdiri, angkatan pertama muridnya 360 orang, angkatan kedua dan ketiga nyaris sama, dengan jumlah murid yg cukup besar itu pembangunan gedung madrasah dapat dituntaskan, lebih dari 30 tahun Bapak-ku membangun Madrasah dan aku Alhamdulillah bisa jadi bagian dari menuntaskan mimpi Bapak mewujudkan amanah Kakek.
Cukup sampai disinikah mimpi Bapak-ku? Ternyata tidak, setelah pembangunan tuntas dia memimpikan hal baru, bisa membebaskan lahan sekitar madrasah untuk dibangun gedung baru, karena kehadiran SMK membawa masalah baru, yaitu kurangnya ruang belajar.
Di usia yg sepuh dan kesabaran yg kurang, dia meminta aku dan adik2ku untuk menjalankah amanah baru beliau, sungguh berat mengemban amanah Bapak, mungkin sama beratnya sewaktu bapak menjalankan amanah Kakek, lahan di atas madrasah itu harganya sudah selangit, belum lagi membangun gedung serta perangkat pembelajaran, butuh dana milyaran, namun dengan mengucap Bismillah amanah Bapak harus dijalankan.Hingga menjelang Bapak wafat, amanah itu sudah diwujudkan aku dan adik2ku, bisa pembebasan lahan, dilakukan mencicil lewat bank, gedung baru mulai diwujudkan dan madrasah yang beliau impikan sudah mampu mendidik siswa mencapai ribuan.
Satu hal yang selalu ku ingat tentang Bapak'ku adalah kesederhanaan hidup dan jiwa sosialnya yang sangat kuat, sebagai PNS Bapak-ku punya jabatan strategis, dengan jabatan itu sebetulnya dia mampu hidup lebih dari sederhana, dia bisa mendapatkan sesuatu dari jabatannya, tapi bapakku terlalu jujur, saking jujurnya sampai usia pensiun dia tidak mampu membeli satu kendaraan pun.
Membangun gedung seharga milyaran dia mampu, membeli kendaraan yg hanya ratusan juta dia tidak mampu. Buat Bapakku kendaraan itu tidak penting, tapi mengurus umat melalui madrasah itu yang paling penting.
Jiwa sosial Bapak-ku sangat tinggi, dia akan segera membantu siapapun yang butuh pertolongan dengan sigap, tak peduli berapa uang yg dikeluarkannya, ketika SMK berjalan uang yayasan mencapai ratusan juta, sedikitpun dia tidak melirik uang itu, tidak pernah meminta bagian, padahal sebagai perintis dan pendiri dia bisa mengambil uang kapan saja dan besarnya pun tidak dibatasi, tapi dia tetap fokus memanfaatkan uang Madrasah untuk kepentingan umat.
Setelah sepuluh tahun bergelut di Madrasah dan fondasi lembaga sudah cukup kuat, aku off dari mengelola madrasah, memulai bisnis baru dibidang kuliner Bandeng Rorod, tugasku berganti peran dari Ketua Yayasan menjadi Pembina Yayasan, namun ada satu hal yang aku rasakan ketika mengelola Madrasah dan bisnis, ternyata percepatan di Madrasah lebih tinggi ketimbang di bisnis pribadi.
Hal ini mungkin karena mengelola Madrasah di iringi doa umat sehingga keberkahan lebih cepat di dapat ketimbang usaha pribadi dimana doa2 hanya dilakukan oleh saya seorang.
Pesan moral yang aku dapat dari Bapak-ku adalah konsistensi dan istiqomah dalam mewujudkan impian, pantang menyerah dan fokus, satu lagi ketika kamu menolong agama Allah maka rezeki tidak di duga bermunculan. Dan ini aku rasakan betapa keberkahan hidup senantiasa menaungi Bapak dan Keluarga-ku.
Jika anda ingin mencari lembaga pendidikan terbaik sekolah kejuruan, silahkan daftar putra-putri anda ke SMK rintisan Bapak-ku, SMK Mandiri, sebuah lembaga pendidikan yang dimodali dengan keikhlasan.
ini alamat linknya
http://www.smk-mandiri.sch.id/berita-smk-mandiri-58.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar