Salah satu tokoh Intelektual Muslim yang menjadi idola kaum muda muslim pada masa lalu adalah M. Imadudin Abdul Rahim biasa dipanggil Bang Imad. Bang Imad di kenal sebagai salah satu tokoh pendiri Masjid Salman ITB, penggagas ICMI dan Bank Muamalat.
Imaduddin Abdulrahim merupakan tokoh dakwah di Indonesia yang terkenal lantang menyuarakan nilai-nilai kebaikan tanpa rasa takut. Dr. Ahmad Tontonji menegaskan, sosok yang akrab dipanggil Bang Imad ini adalah “The Lion of Indonesia”. Mungkin istilah ini disandarkan kepadanya, mengingat sosok sahabat Nabi Saw. Umar bin Khattab yang bergelar Singa Padang Pasir. Sosok yang kuat, tegas, dan lurus dalam pandangan dan perbuatannya.
Implikasi Tauhid ini dalam pribadi Bang Imad tertuang dalam gagasan-gagasannya di setiap tempat ia beraktivitas. Salah satunya adalah keberanian Bang Imad dalam menentang rezim Orde Baru yang korup dan otoriter.
Militarisme Orde Baru, menurut Bang Imad, bertentangan dengan Islam. Akibat sikap kritisnya dengan Orde Baru, bang Imad sempat mendekam dipenjara pada tahun 1979
Seiring sikap pemerintah Orba yang mulai ramah terhadap Islam, dengan merestui pendirian ICMI yang digagas Bang Imad dkk, dengan mendudukan Habibie sebagai Ketua, banyak umat yang kecewa pada Bang Imad, kata kaum muda Bang Imad sudah berubah dan tunduk pada rezim Orde Baru.
Dalam salah satu sesi tanya jawab di masjid Al Arif toko buku Walisongo yang pernah saya hadiri, dengan nada marah seorang pemuda muslim bilang "Saya kecewa sama Bang Imad, Abang sudah berubah, sudah tunduk pada rezim Orde Baru".
Apa jawaban Bang Imad, dengan nyantai dia bilang, kita sebagai mahluk sunnnatullohnya suka tidak suka kita akan berubah, yang tidak berubah adalah Tuhan.
Ketika UBN dkk dengan GNPF MUI bersilaturahmi ke presideng di hari Idul Fitri, banyak yang kaget, kecewa dan nyinyir, namun lebih banyak yang menyambut positif sebagai bagian silaturahmi di hari fitri.
Yang kecewa menganggap UBN dkk sudah melemah dan menyerah -sama dengan pandangan kaum muda pada Bang Imad - mereka yang nyinyir bilang cuma segitu kekuataan UBN mudah sekali di tundukan, nah yang kaget adalah kelompok belah sono, selama ini Presiden diharapkan jangan mengakui eksistensi UBN dkk, karena hanya sekelompok kecil kaum radikal, faktanya mereka diterima dengan kesetaraan pada kelompok Islam lain seperti MUI, Muhammadiyah dan NU.
Fakta apa yang kita dapat dari keberanian Bang Imad berubah sikap dengan "berkompromi dengan rezim orde baru"?. Yang pasti komunikasi lancar, kecurigaan menipis, keinginan kelompok Islam diakomodir pemerintah.
Jadi saya sih positif thingking saja dengan UBN dkk, pertemuan mereka dengan Presiden, menurut saya bagian dari strategi perjuangan ummat, tidak ada istilah menang-kalah, harus ada win-win solution
Mudah2-an komunikasi lanjutan Presiden dengan Ummat Islam kian lancar, kompromi terjadi, rekonsiliasi terbangun dan Jokowi terbuka mata hatinya ada kelompok Islam diluar NU dan Muhammadiyah yang suara hatinya harus di dengar.
Lah segelintir orang yang mengaku penggiat sosmed saja di terima presiden, sebuah gerakan yang mampu menghadirkan jutaan ummat di Jakarta menentang penista Quran diabaikan? Mikir !!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar