Macet itu hal biasa, jika kita tinggal dikawasan Jabodetabek macet menjadi santapan sehari-hari, ada banyak faktor penyebab macet yang paling utama tidak memadainya jumlah jalan dengan kendaraan. Setiap tahun kendaraan bertambah ratusan ribu, sementara jalan hanya belasan kilometer.
Macet di saat mudik juga biasa, kata orang yang sering mudik, tidak afdol mudik tanpa macet, bisa dimaklumi mudik macet, sangatlah berat mengelola manajemen lalulintas disaat jutaan orang dan kendaraan menuju titik mudik secara bersamaan, infrakstruktur sehebat apapun sangatlah sulit mengelola kendaraan yang mengalir beriringan ratusan kilometer.
Jadi jangan mimpi seolah kemacetan akan tuntas kalau tol Jakarta-Surabaya tuntas dan nyambung terus macet hilang.
Tahun ini para pemudik dimanjakan dengan memberi kesempatan seluas-luasnya dengan memberlakukan sistem satu arah, mereka nyaman dan lumayan lancar saat arus balik mudik, tapi di dalam kota terutama kawasan Bekasi dan pinggiran Jakarta kemacetan menjadi neraka, Jalan Inspeksi Kalimalang, Hasibuan dan kawasan seputar tol macet parah.
Lebih parah ada yang terjebak berjam-jam sampai ada yang itikap di jalan tol, hingga Dinas Perhubungan Bekasi mengeluh, tidak ada sosialisasi kebijakan satu arah mengakibatkan Bekasi lumpuh arus kendaraan stagnan. Pemudik nyaman, warga dalam kota tersiksa.
Solusi paling pas kata para pakar adalah memperbanyak angkutan umum yang murah, nyaman dan aman.
Comuter line contohnya sejak berubah sistem menjadi tepat waktu, murah, nyaman dan aman banyak yang beralih ke comuter line, saya termasuk di dalamnya, kalau ke Jakarta lebih asyik naik comuter line.
Parahnya angkutan massal ini bakalan terganggu dengan kehadiran kereta bandara, seperti neraka stasiun Bukit Duri, jalur kereta yang sudah sempit direcoki kereta bandara.
Inilah kebijakan yang harus di kritisi jalur baru di buat, sementara relnya dari zaman Belanda ya segitu-gitu saja, berebut dah antara CL kereta rakyat dengan Kereta Bandara milik investor, ujungnya bisa jadi kereta rakyat di kalahkan oleh kereta kapitalis berduit yang cuma mgejar keuntungan.
Kata-kata manis dilontarkan pejabat, kereta bandara tidak akan mengganggu CL, omong kosong bagaimana mungkin jalur sempit, terus nambah trip perjalanan tidak mengganggu? Orang bodoh juga paham.
Di bukit duri juga tidak ada solusi, konon kabarnya sang menteri perhubungan pernah bilang para roker boleh naik kereta bandara, ah lagi-lagi omong kosong mana mungkin kereta kapitalis bertarif tinggi di tumpangi rakyat jelata dengan tarif murah?
Jadi infrakstruktur angkutan massal harus di pikirkan, baik di dalam kota maupun keluar kota, bukan hanya tol yang lebih banyak di gunakan oleh kelas menengah pemilik kendaraan.
Kereta cepat Jakarta-Bandung dan Jakarta-Surabaya itu bagus, untuk memperbanyak pilihan angkutan massal mudik, tapi itu sepertinya masih mimpi, kereta cepat Jakarta-Bandung tidak ada kabarnya, mungkinkah nangkrak? Terus kereta cepat Jakarta-Surabaya hanya khayalan di siang bolong.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar