Sudut pandang setiap kita dalam melihat sebuah peristiwa itu berbeda-beda, tergantung kepada pengalaman, wawasan, pengetahuan sampai kepada keberpihakan kita pada persoalan atau peristiwa yang sedang trend.
Musibah gempa bumi dan Tsunami bagi kalangan geologis yang berpuluh tahun mendalami ilmu tentang kegempaan, peristiwa ini dipandang dari sudut snice sebagai peristiwa alam yang sudah bisa di dideteksi dan diantisipasi untuk meminimalkan korban.
Sementara dari sudut agamawan berbeda lagi, bisa jadi dia memandang peristiwa itu sebagai musibah, ujian bahkan hukuman karena kita banyak berbuat dosa.
Apapun sudut pandang kita, itu merupakan warna-warni kehidupan yang saling sinergi, ilmuwan memberi pengetahuan agar kita senantiasa waspada akan bencana.
Agamawan memberikan terapi tentang bagaimana kita menghadapi suatu musibah, dengan senantiasa meningkatkan keimanan, kesabaran dan juga kekuatan dalam menghadapi musibah.
Bagi relawan musibah adalah ladang amal untuk membantu saudara-saudara kita yang tertimpa musibah.
Bagi pemerintah itu kewajiban menyelesaikan dampak musibah mulai dari tanggap darurat hingga memulihkan kembali daerah bencana menjadi kembali ke keadaan semula.
Lalu tugas kita apa? lagi-lagi tergantung sudut pandang anda, kalau kita di persatukan dalam persaudaraan, musibah saudara kita di lombok dan palu, adalah musibah kita juga.
Seyogyanya kita membantu minimal dengan doa, naksimal bisa kita menggalang dana bersama, membantu memberikan peralatan dasar sampai membantu memulihkan kondisi mereka disana.
Saatnya berbuat, bukan nyinyir dan saling menghujat dan menyalahkan, sudah 1.000 orang meninggal disana, haruskah kita berdiam diri? yuk bergerak mendonasikan rejeki kita lewat komunitas, lembaga sosial, lembaga dakwah dan para relawan yg berjibaku disana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar