Arsip Blog

Jumat, 05 Mei 2017

PELAJAR ISLAM INDONESIA (PII)

Banyak yang menangis ketika ikut pelatihan itu saya mah tidak, saya justru menangis ikut pelatihan sampai sesungukan 30 tahun lalu saat mengikuti basic training PII.

 Training PII memang sangat mengesankan masa remaja saya, disaat banyak remaja asyik dengan dunia hura-hura lah malah saya ikut kegiatan organisasi yg pada masa itu dianggap subversif, kalau disamakan dengan kondisi kekinian PII organisasi radikal yang anti pancasila seperti HTI

😂
Training PII memang terbaik diantara sekian banyak training yg saya ikuti, melatih kita sejak dini untuk bisa jadi pemimpin, metode trainingnya sangat bagus, mengajarkan keberanian, kemandirian sampai kemampuan berdebat dengan argumen bagus, jenjang training pun bertingkat dari basic, mental sampai advance.

PII pada masa itu memang keras kepala, disaat Soeharto mengusung azas tunggal dimana semua orang manut, lah PII tetep keukeh anti azas tunggal, tak salah kalau rezim Orba begitu mencurigai organisasi ini, hingga markasnya sering di datengin intelijen, waktu itu kami menyebutnya teke, secara berkelakar teman-temen bilang banyak teke di rumahku Menteng Raya 58, inget ya teke bukan tiko wkk
 ðŸ˜‚😂.
PII mengajarkan kita belajar Islam sungguh-sungguh sejak dini secara terbuka dengan banyak membaca literatur, beragam buku boleh dibaca, tidak ada larangan, karenanya waktu itu saya mah asyik-asyik saja baca buku semua pemikiran Islam dari Syiah (Kang jalal, Tabatabi, Komeini), Mutazillah (Harun Nasution), Hasan Hanafi (Kiri Islam), Gus Dur, Amien Rais, buku-buku Ikwanul muslimin, Abu ala Almadudi, sampai Kuliah Tauhid Bang Imad dan bukunya lainnya seperti Soekarno.

Soal debat? Wah anak PII emang jago debat, itu kalau debat berbobot karena di isi bacaan literatur yang kuat, bahkan hingga kini alumni PII itu dikenal jago debat.

Jilbab? Nah ini PII salah satu pelopornya, pasca Revolusi Islam Iran, banyak anak-anak PII wati terbangun kesadarannya mengenakan jilbab, pemerintah yg udah alergi sama Islam saat itu, makin ketakutan, sehingga melarang siswa berjilbab belajar di kelas, takutkah pelajar mengenakan jilbab pada waktu itu tidak?

Mereka tetep ngeyel melawan kebijakan pemerintah, mereka tetap kesekolah, tidak boleh masuk kelas yan belajar di masjid dan perpustakaan, ada yang dikeluarin dari sekolah, namun sekolah-sekolah Muhammadiyah pada waktu itu siap menampung mereka di keluarin. Tapi pada akhirnya jilbab menang, larangan di cabut kini siswa bebas mengenakan jilbab di sekolah.

Sudah lama saya tidak beriteraksi dengan teman-teman PII, nah ketika sosmed beredar baru nyadar banyak alumni PII yang sudah jadi orang macam Ustadz Alfian master anti Komunis, Agil master training, Endra master sejarah, Komarudin Ibnu Mikam Budayawan Bekasi sampai konon kabarnya Ulil Yusron salah satu Ahok Mania itu alumni PII juga, mungkin Ulil alumni PII yang sesat menyesatkan he,. he..


Hari lahir PII dinamakan Harba (Hari Bangkit), karena pada Tanggal 4 Mai 70 tahun lalu para pelajar terbangun kesadarannya menyatu dalam satu wadah untuk kejayaan islam dan ummatnya.

Tiga hari lalu timeline saya di fb banyak ditulis status selamat harba PII, ah betapa cepat berlalu masa remaja saya, tidak terasa sudah 30 tahun berlalu bersama PII

Hari ini salah seorang teman Basic Training saya alumni PII Bekasi, Ketua STAI Agus Salim Sdrku Karyoto Wirosantoso Meraih Gelar Doktor, bangga saya bisa melihat teman mencapai tingkat pendidikan tertinggi, saya kira keberhasilan itu buah Training PII yang hebat.

SELAMAT HARBA PII KE - 70

Tidak ada komentar:

Posting Komentar